MADINAH. iNewsSleman.id - Ketika turun dari bus di ruang terbuka di Bir Ali tempat untuk mengambil miqot saat tengah hari, jemaah haji akan tersengat terik matahari yang kemungkinan tercipta luka di telapak kaki jemaah haji yang tanpa alas sandal atau sepatu.
"Secara medis, kaki yang melepuh akibat kepanasan itu tidak dapat serta merta disembuhkan dalam waktu singkat. Jika tingkat luka bakarnya tinggi atau sampai merasuk ke kulit bagian dalam, maka proses penyembuhan bisa makan waktu lama, " jelas Tejo Katon, petugas PPIH Arab Saudi sektor Bir Ali yang diberikan tugas tambahan sebagai tenaga kesehatan di Bir Ali.
Adapun Haji tahun 2023 M/1444 H bersamaan dengan musim panas di Arab Saudi. Saat ini, suhu udara siang hari di Bir Ali kisaran 43 derajat celsius.
"Untuk itu ketika memasuki Masjid Bir Ali, jemaah haji Indonesia kita sarankan agar sandal itu dapat dimasukkan ke dalam plastik dan dibawa jemaah haji itu sendiri. Sehingga setelah beribadah dan keluar masjid, alas kaki itu dapat digunakan lagi. Himbauan agar jemaah haji Indonesia membawa sandal dan menyimpannya sendiri saat beribadah telah berkali-kali disampaikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)," kata Tejo Katon yang juga Ketua PW FKAPHI (Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia) Wilayah DIY.
Lebih lanjut, Tejo Katon menjelaskan bahwa telapak kaki yang melepuh perawatannya harus dilakukan secara bertahap. Pertama, telapak kaki harus didinginkan dengan cara diguyur air sekitar 10 menit. Kemudian kulit yang mati atau rusak akibat terbakar panas harus dikelupas. Kemudian setelah bersih, kulit diberi obat. Jemaah haji boleh berjalan kalau luka di kulit itu sembuh. Artinya, proses ibadah jemaah haji menjadi terganggu. Kondisi ini bisa semakin parah apabila kasus menimpa jemaah haji dengan komorbid Diabetes Melitus (kencing manis). Ketika saraf di kaki kurang sensitif, jemaah haji dengan penyakit ini kadang tidak merasakan kakinya terluka. Biasanya jemaah haji baru tersadar setelah melihat luka dan darah pada kakinya. Luka pada jemaah haji dengan penyakit ini perlu waktu lebih lama untuk sembuh. Itu pun butuh perawatan tepat dan intensif.
"Sekali lagi, para jemaah haji Indonesia untuk selalu memperhatikan alat pelindung diri (APD) saat keluar dari pondokkan atau saat beraktifitas diluar pondokkan, baik itu payung, sandal atau sepatu, masker, semprotan wajah, pelembab bibir dan juga yang terpenting untuk selalu minum untuk menghindari dehidrasi, " lanjut Tejo Katon yang kesehariannya pegawai di Kanwil Kementerian Agama DIY dan Wakil Ketua Umum bidang kesehatan IPHI DIY serta Ketua Biro Kesehatan Dewan Masjid Indonesia Wilayah DIY.
Editor : Fitriyani