Ombudsman Jogja: PPDB di Kota Pendidikan Perlu Diperbaiki
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/07/13/117a0_ombudsman.jpg)
YOGYAKARTA, iNewsSleman.id - Ombudsman Republik Indonesia (ORI) memandang masih ada carut marut penerapan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di DIY pada tahun ajaran baru 2023/2024 ini. Banyak aspek PPDB di Kota Pendidikan yang harus dikoreksi dan diperbaiki.
Ketua ORI DIY, Budi Masturi menilai bukan semata karena aspek teknikalitas, tetapi lebih pada mindset masyarakat yang belum berubah dalam penerapan PPDB dengan sistem zonasi ini. Sekolah favorit menjadi menjadi masalah yang mengemuka dalam sistem zonasi ini.
Menurut Budi, Kementerian Pendidikan maupun pemda tidak pernah melakukan kampanye terus menerus untuk mengubah mindset masyarakat tentang favoritisme sekolah.
Pemikiran favoritisme sekolah masih menjadi masalah paling mendasar dari carut marutnya PPDB Sistem Zonasi selama ini.
"Orang tua cenderung melakukan berbagai cara, termasuk cara-cara yang tidak patut seperti numpang KK, perjokian wali, manipulasi data kemiskinan, dan lain-lain,” ujar dia
Alasan paling mendasar karena mereka ingin anaknya sekolah di sekolah yang mereka anggap favorit.
Padahal sekolah yang difavoritkan tidak selalu identik dengan kualitas mutu akademik keluarannya.
Biasanya, sebuah sekolah difavoritkan anak-anak bisa jadi karena tim basketnya keren, pensinya keren, dan lain-lain.
Diakuinya sistem zonasi mulai kelihatan hasilnya. Persebaran siswa pintar/berkualitas mulai merata di berbagai sekolah.
Juara lomba penelitian, karya ilmiah, yang sebelum PPDB zonasi dipegang sekolah itu-itu saja, sekarang sudah bergeser ke sekolah lain yang selama ini tidak diperhitungkan.
"Sayangnya, mindset orang tua yang belum berubah," ujarnya.
Karena itu, Budi menyarankan Kemendikbud maupun Pemda, perlu merancang sebuah program kampanye dan propaganda untuk mengubah dan membangun mindset baru tentang sistem zonasi ini.
Untuk keadilan akses dan pemerataan mutu siswa, harus diimbangi dengan upaya pemerataan sarpras sekolah dan sebaran guru berkualitas.
Editor : Bayu Arsita