SLEMAN.iNewsSleman.id- Beberapa waktu lalu, terjadi kepanikan sesaat di wilayah Sleman dan sekitarnya, karena ada guncangan gempa di jam istirahat tidur, Minggu (23/7/2003).
Entah trauma atau sudah terbiasa, kebanyakan penghuni rumah langsung keluar untuk memastikan situasi dan menyelamatkan diri sendiri jika berkelanjutan.
Hal ini menjadi tanda tanya besar bagi penghuni baru di Yogya, apakah saat terjadi gempa cukup dengan keluar rumah saja. Ani, salah satu penghuni rusun mengemukakan uneg-uneg nya selama tinggal di Yogyakarta.
“Saya cukup terkejut dengan guncangan dan ikutan keluar rumah, seperti yang lain. Tapi memang ada pertanyaan tersendiri seh, apakah tidak ada hal lain yang sudah dipelajari atau menjadi rules nya masyarakat sini saat terjadi gempa berkepanjangan?” ungkapnya.
Selain itu Yogyakarta salah satu wilayah yang cukup sering terkena guncangan ringan gempa.
Hal ini disebabkan Yogyakarta terletak di wilayah yang rentan terhadap gempa bumi karena letak geografisnya di Indonesia, yang berada di antara beberapa lempeng tektonik besar.
Gempa di Yogyakarta, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, disebabkan oleh aktivitas tektonik yang kompleks di wilayah Indonesia, yang terletak di Cincin Api Pasifik. Beberapa faktor penyebab utama gempa di Yogyakarta meliputi:
Pertama, Pertemuan Lempeng Tektonik: Wilayah Indonesia, termasuk Yogyakarta, berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Samudra Hindia. Gerakan lempeng ini menyebabkan tekanan dan gaya yang dapat menyebabkan patahan dan retakan di kerak bumi, yang akhirnya menghasilkan gempa bumi.
Kedua, Zona Subduksi: Di bawah Pulau Jawa, terdapat zona subduksi di mana lempeng Indo-Australia mendorong di bawah lempeng Eurasia. Proses subduksi ini menyebabkan gempa bumi tektonik yang kuat karena terjadi pergeseran dan pelepasan energi besar ketika tekanan antarlempeng melepaskan diri.
Ketiga, Sesar Aktif: Yogyakarta berada di dekat beberapa sesar aktif, yaitu patahan yang menyebabkan pergeseran batuan di permukaan bumi. Patahan ini adalah batas lempeng tektonik yang rentan terhadap pergerakan tiba-tiba yang menyebabkan gempa bumi.
Keempat, Aktivitas Vulkanik: Wilayah Yogyakarta juga berada di kawasan vulkanik yang aktif karena adanya gunung berapi di sekitarnya. Aktivitas vulkanik ini dapat menyebabkan gempa vulkanik, yang terjadi akibat pergerakan magma di dalam gunung berapi.
Kelima, Geologi Regional: Sistem patahan dan struktur geologi regional juga mempengaruhi seismisitas di wilayah Yogyakarta. Sifat geologis wilayah ini dapat mempengaruhi penyebaran gempa bumi dan tingkat kegempaan.
Kombinasi dari faktor-faktor di atas menyebabkan Yogyakarta menjadi daerah yang rentan terhadap gempa bumi dan mengalami aktivitas seismik secara teratur.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat setempat untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya gempa, membangun bangunan yang tahan gempa, dan memiliki rencana mitigasi bencana yang efektif untuk mengurangi dampak dari gempa bumi di wilayah ini.
Selain itu edukasi penanganan gempa ke masyarakat perlu digalakkan secara berkala, bahkan bisa dijadikan mata pelajaran lokal di setiap jenjang sekolah, misalnya.
Editor : Fitriyani