JAKARTA, iNewsSleman.id - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan jika harga beras hari ini untuk jenis premium masih diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu Rp13.900 per kg. Harga tersebut masih berada di atas HET yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp12.900 per kg.
Arief menargetkan harga beras bisa turun setidaknya tidak lebih dari HET yang ditetapkan oleh pemerintah pada akhir 2023.
Hal ini bisa disebabkan karena produktivitas beras akan meningkat seiring datangnya musim panen.
"Secepatnya (harga turun), kalau mislanya September (pasokan meningkat) berarti September mulai kelihatan harga mulai turun. Tetapi mungkin tidak signifikan," ujar Arief usai Raker bersama Komisi IV dan Kementan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dikutip, Kamis (31/8/2023).
Arief menambahkan, produksi dari petani lokal merupakan kunci utama untuk mengendalikan harga beras. Karena dengan produksi yang meningkat, maka otomatis harga beras di pasar juga bakal turun.
"Tergantung berapa di gelontor, sama berapa produksi. Sekarang nomor satu ini adalah produksi, kalau produski ada di Kementerian Pertanian," katanya.
Sebab, ketika produksi dari petani cukup, maka otomatis tidak kekurangan (Gabah Kering Panen), begitu pun sebaliknya.
Sehingga, ketika GKP itu kurang maka penggilingan bakal berebut dan berujung pada naiknya harga GKP. Jika GKP sudah naik, maka harga beras pun ikut terkerek.
"Kan sederhana, inilah yang terjadi hari ini (harga beras naik)," ucapnya.
Dia juga membeberkan faktor lain yang membuat harga beras saat ini melampaui HET, karena terdapat kenaikan biaya operasional, seperti naiknya ongkos transportasi, sewa lahan, upah tenaga kerja, hingga harga pupuk.
"Kuncinya ada di produksi, di akhir tahun biasanya turun (harga beras) makanya kita gunakan cadangan pangan untuk stabilisasi, yang dipakai CBP (cadangan pangan pemerintah) untuk melakukan operasi pasar atau bantuan pangan. Jadi nanti beras itu akan berkecukupan di masyarakat," ucapnya.
Editor : Bayu Arsita