BANTUL, iNewssleman.id - Dosen Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) Alimatus Sahrah dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Psikologi Industri dan Organisasi. Pengukuhan dilaksanakan dalam Rapat Senat di Aula Fakultas Ekonomi Kampus I UMBY, Senin (26/2/2024).
Rektof UMBY, Agus Slamet mengatakan, saat ini UMBY telah memiliki tiga Guru Besar dan ada 30 yang bergelar koktor. Saat ini masih ada 33 dosen yang sedang menyelesaikan pendidikan S3.
“Kami terus berusaha mendorong agar dosen-dosen bisa terus berprestasi, termasuk dapat meraih jabatan fungsional tertinggi atau Guru Besar,” kata dia pada Rapat Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar, Prof Alimatus Sahrah.
Dalam pidato pengukuhannya, Alimatus Sahrah menyampaikan hasil penelitian berjudul ‘Wanita Karir dan Kesejahteraan Subjektif; Menuju Indonesia Emas 2045 dalam Perspektif Psikologi Industri dan Organisasi’.Disertasi ini telah mengantarkannya menyelesaikan pendidikan S3-nya di UGM.
Penelitian ini dilaksanakan di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2021. Hasilnya menunjukkan jumlah perempuan yang memperoleh pendidikan tinggi, termasuk gelar sarjana, terus meningkat. Hal ini menandai kemajuan signifikan dalam akses dan langkah penting dalam mempersiapkan perempuan untuk berkontribusi lebih di dunia kerja serta kepemimpinan.
“Masih ada kesenjangan dalam akses dan kualitas pendidikan antara perempuan dan laki-laki. Ini menjadi tantangan yang dihadapi perempuan dalam mencapai posisi yang setara di tempat kerja dan mencapai kepuasan karir secara maksimal,”kata dia.
Empat tantangan yang dihadapi wanita karier menuju Indonesia Emas 2045, meliputi tantangan individu, keluarga, organisasi dan tantangan kehidupan bermasyarakat. Perempuan memiliki perasaan kurang percaya diri, takut kegagalan maupun takut mencapai kesuksesan (fear of success).
Wanita karier juga menghadapi tantangan dalam membagi waktu dan perhatian antara tanggung jawab karir dan tanggung jawab keluarga. Selain itu juga tantangan dalam organisasi, serta tantangan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Wanita karir sering dihadapkan pada stereotip gender yang membatasi persepsi dan peluang mereka di tempat bekerja serta di masyarakat,” ujarnya.
Untuk mewujudkan Indonesia emas 2045, perlu melihat lebih jauh dari batas nasional yang ada dan mempertimbangkan kondisi internasionalisasi sebagai strategi utama. Disamping itu perlu ada kolaborasi internasional dan belajar dari praktik terbaik dalam mendukung kesejahteraan subjektif wanita karir. Rekomendasi strategis itu mencakup pertukaran pengetahuan dan kebijakan dengan negara lain yang telah berhasil mengatasi tantangan serupa.
“Pemanfaatkan teknologi dan inovasi internasional untuk mempercepat pencapaian kesetaraan gender,”katanya.
Editor : Wisnu Aji