PURWOREJO, iNewssleman.id - Aktivitas nelayan di Pantai Selatan Purworejo, Jawa Tengah semakin hari semakin menggeliat. Keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) di Pantai Jatimalang, Kecamatan Purwodadi mampu mendukung keberadaan nelayan untuk mencari ikan di laut lepas maupun usaha budi daya tambak udang.
Warsito salah satu nelayan di Pantai Jatimalang, Purworejo nampak mengantre di SPBUN Jatimalang, Rabu (30/10/2024). Sambil mengendarai motor yang sudah mulai butut, dia berhenti di halaman SPBUN yang berada di sisi timur Pantai Jatimalang. Dia kemudian menurunkan dua buah jeriken kosong untuk membeli bahan bakar jenis pertalite.
“Ini untuk bekal melaut besok pagi,” kata Warsito.
Kehadiran Warsito langsung disambut petugas SPBUN yang akan melayani. Warsito kemudian menyerahkan surat pengantar dari Pemkab Purworejo sebagai praasyarat agar bisa membeli bahan bakar. Tak lebih dari setengah jam, dua jeriken ini penuh dengan bahan bakar.
Menurutnya, keberadaan SPBUN ini sangat membantu nelayan. Dulu para nelayan di Jatimalang sangat kesulitan untuk mencari BBM ke SPBU. Selain lokasinya jauh, alokasi BBM juga sangat terbatas. Itupun mereka harus mengeluarkan tambahan ongkos untuk membeli bahan bakar pada motornya karena lokasinya lumayan jauh.
“Dulu kalau beli di perbatasan Kulonprogo-Purworejo. Di sana ada SPBU yang bisa melayani,” ujarnya.
Kehadiran SPBUN ini juga mampu meningkatkan aktivitas nelayan. Dulu jumlah nelayan hanya belasan orang saja. Namun kini ada sekitar 150 nelayan dengan 50 perahu yang bersandar di TPI Jatimalang. Maklum saja, nelayan di Pantai Selatan Purworejo hanya mengandalkan cuaca. Saat gelombang tinggi mereka tidak bisa melaut karena tidak ada teluk ataupun jalur khusus untuk masuk melaut.
“Profesi nelayan ini tergantung musim, karena di sini ombaknya besar,” katanya.
Tokoh Nelayan Jatimalang, Pujo Sumarto (58) mengaku masih ingat betul betapa sulitnya mendapatkan BBM untuk bekal melaut. Dia harus ke Congot Kulonprogo untuk membeli BBM yang jaraknya sekitar 10 kilometer. Begitu sampai itupun tidak langsung dilayani, karena harus antre dengan kendaraan lainnya.
“Kalau tidak ada antrean mobil kami baru dilayani. Jadi harus sabar nunggu antrean mobil habis,” katanya.
Pujo mengatakan, kehadiran SPBUN Jatimalang pada 2016 benar-benar mampu menolong nelayan. Nelayan tinggal membeli pada sore hari untuk dipakai melaut keesokan harinya. Berbekal BBM inilah mereka akan mengarangu Samudera Hindia untuk mencari ikan menggunakan jaring.
Penghasilan seorang nelayan di Purworejo juga tidak pasti. Saat musim ikan memang hasil tangkapannya sangat tinggi. Bahkan sekali melaut bisa untuk bertahan hidup selama sepekan. Namun kadang hasil tangkapan nelayan juga hanya cukup untuk membeli BBM dan bekal melaut.
“Saat paceklik ikan, kami bahkan kadang merugi kalau dipaksa melaut,” ujarnya.
Pengawas SPBUN 4854101 Jatimalang, Agung Indaryanto mengatakan mereka hanya melayani BBM subsidi jenis solar dan pertalite. Solar biasanya dipakai untuk nelayan tambak sebagai bahan bakar mesin diesel untuk memutar kincir air. Sedangkan pertalite dibeli nelayan untuk melaut dan menggarap lahan pertanian.
Selain produk BBM, SPBUN Jatimalang juga melayani penjualan minyak pelumas dan bahan bakar gas (elpiji). Hanya saja penjualan minyak pelumas sangat kecil.
“Setiap hari kami bisa menjual sekitar 300 liter. Kalau cuaca bagus antara 1.000 sampai 2.000 liter. Pokoknya tergantung cuaca, kalau bagus penjualan tinggi,” ujarnya.
Bagi nelayan yang membeli BBM wajib membawa surat rekomendasi dari dinas. Begitu juga petani yang membeli BBM untuk menggarap lahan. Surat rekomendasi ini biasanya akan diperbaharui setiap tiga bulan sekali.
SPBU ini buka mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Biasanya nelayan akan membeli pada pagi hari sebelum melaut atau sore hari untuk bekal keesokan harinya.
“Kami hanya melayani pembelian untuk nelayan lokal di sini saja. Ada tiga kelompok yang kami layani,” katanya.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Purworejo, Wiyoto mengatakan, SPBU ini berdiri pada 2016 dan menempati tanah milik Pemkab Purworejo. Luasannya mencapai sekitar 1.000 meter persegi dan dikhususnya untuk nelayan dan petambak.
Pendirian SPBUN mendasarkan pada peraturan BPH Migas 2 tahun 2023. Hanya nelayan yang membawa surat rekomendasi yang berhak mendapat BBM bersubsidi solar maupun pertalite.
Menurutnya, SPBUN ini bisa melayani 776 nelayan dengan jumlah kapal mencapai 154 di lima tempat pelelangan ikan. Yakni di TPI Jatimalang, Jatikontal, Pagak, Keburuan Dan Kertojayan.
“Kehadiran SPBUN mampu meningkatkan hasil tangkapan ikan dari para nelayan,” katanya.
Jenis ikan tangkapan nelayan juga bervariasi, mulai dari ikan layur, bawal, jahan, pari, lobster dan beberapa jenis lainnya. Hasil tangkapan ikan sendiri tidak pasti, karena tergantung kondisi cuaca.
“Dalam satu tahun ini minimal 120 hari mereka bisa melaut. Kalau cuaca tidak bersahabat mereka akan berhenti,” katanya.
Guna memenuhi kebutuhan dan ketersediaan BBM, setiap tga bulan mereka akan mengajukan rekomendasi dari pertamina. Sedangkan nelayan akan mengajukan surat rekomendasi ke dinas.
Pada tahun 2023 mereka mengeluarkan 325 rekomendasi kepada nelayan. Sedangkan pada 2024 naik menjadi 387. peningkatkan jumlah rekomendasi ini juga berkorelasi positif terhadpa hasil tangkapan ikan nelayan.
“Setiap pengajuan rekomendasi akan kami verifikasi, termasuk menyesuaikan bobot kapal. Surat ini wajib dibawa untuk membeli bBM di SPBUN,” ujarnya.
Wiyoto mengatakan, Kabupaten Purworejo memiliki potensi besar untuk nelayan dan tambak. Dinas terus memberikan pelatihan kepada nelayan. Bahkan nantinya akan dibuat usaha pengolahan ikan tangkap, kelompok pengolah dan pemasaran.
Wiyoto optimistis kemudahan yang diberikan Pertamina dengan hadirnya SPBUN akan memudahkan petani untuk mencari ikan. Begitu juga berbagai fasilitasi yang diberikan pemerintah akan mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Editor : Wisnu Aji