Pondok Shabran UMS Gelar English Course, Hadirkan Penerima Beasiswa LPDP

SOLO, iNewsSleman.id - Kegiatan English Course digelar Pondok Hajjah Nuriyah Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Kegiatan yang berlangsung di ruang seminar Pondok Hajjah Nuriyah Shabran, menghadirkan penerima beasiswa LPDP sekaligus mahasiswa S3 University of Queensland sebagai pemateri.
Kegiatan ditujukan untuk para santri pilihan Pondok Shabran UMS dengan harapan mereka mampu memahami pentingnya bahasa Inggris dalam menghadapi dunia global. Pelatihan berlangsung dua pekan, mulai 20 Januari hingga 1 Februari 2025.
Pemateri kegiatan, Satria Adi Pradana, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa English Course dirancang untuk memberikan pemahaman dasar mengenai TOEFL. Ia juga menjelaskan metode pembelajaran yang diterapkan selama pelatihan.
“Metodenya student-centered untuk drilling exercise dan teacher-centered untuk enrichment,” ujar Satria melalui siaran pers Humas UMS, Kamis (6/2/2025).
Para peserta diharapkan terus berlatih dan menempa diri agar siap menghadapi tuntutan zaman di masa depan. Satria mengungkapkan tantangan serta solusi yang dihadapinya selama kegiatan berlangsung.
“Bertemu dengan peserta didik yang memiliki kemampuan dan level yang berbeda membuat saya harus merancang pembelajaran dasar untuk menyelaraskan pemahaman mereka,” tambahnya.
salah satu peserta, Nurul Fahri Friyanda mengaku merasa senang dan semakin termotivasi untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Hal ini tidak lepas dari kisah inspiratif yang dibagikan oleh Satria Adi Pradana mengenai perjuangannya meraih beasiswa LPDP di University of Queensland.
“Materi yang disampaikan membuka wawasan saya, dan cerita perjuangan Mr. Satria benar-benar memberi semangat saya untuk mengejar kesempatan studi di luar negeri,” kata Nurul Fahri Friyanda.
Fahri juga mengungkapkan kendala yang dihadapi selama dua minggu pelatihan. Ia menyebutkan bahwa keterbatasan kosakata bahasa Inggris menjadi tantangan utama yang membuatnya kesulitan dalam memahami materi secara mendalam.
Ia merasa perlu lebih banyak waktu dan latihan untuk memperkaya kosakata serta meningkatkan pemahaman terhadap struktur bahasa, terutama dalam menerapkan tenses dengan benar, terlebih ketika mengejar skor TOEFL.
Editor : Ary Wahyu Wibowo