Masyarakat Damai Yogyakarta Sebut Fundamentalisme Bisa Ancam Keberagaman Bangsa

SLEMAN, iNewssleman.id - Masyarakat Damai Yogyakarta mendorong pemerintah dan ormas moderat untuk melakukan aksi nyata dalam mencegah radikalisme, intoleran dan potensi fundamentalisme. Beberapa kasus yang ada telah mengakibatkan terkikisnya keberagaman masyarakat yogyakarta yang dikenal santun.
Perwakilan Masyarakat Damai Yogyakarta, Eko Wahyu mengatakan, akar permasalahan dari radikalisme dan fundamentalisme sangat beragam dan memiliki keterkaitan. Hal ini tidak lepas dari ketegangan politik nasional hingga tekanan ekonomi global yang terasa di Indonesia.
Kondisi ini telah menciptakan lingkungan menjadi tidak kondusif yang bisa memicu terjadinya radikalisasi dan fundamentalisme. Kondisi ini juga bisa memunculkan intoleransi, diskriminasi, bahkan kekerasan yang dapat mengancam kohesi sosial dan stabilitas nasional.
"Kami menolak dengan tegas Intoleransi dan fundamentalisme agama. Pemerintah harus memberikan perhatian serius dan tindakan terkoordinasi pencegahan,” kata Eko pada diskusi “Membangun Gerakan Kewargaan dan Kebangsaan, Melawan Intoleransi dan Fundamentalisme” di Sleman, Sabtu (31/5/25) sore.
Menurutnya, perlu adanya semangat kebangsaan dan toleransi kewargaan berbasis nilai luhur. Aparat penegak huku harus tegas dan komitmen dalam penegakan hukum.
Eko Wahyu mengatakan, kasus perusakan makam di Yogyakarta merupakan salah satu contoh nyata dari tindakan intoleransi yang menggerogoti fondasi keberagaman.
“Keluarga memiliki peran penting dalam pengasuhan anak untuk menghindarkan intoleransi dan fundamentalisme,” katanya.
Diskusi ini menghadirkan Dosen Program Doktor Politik Islam yang juga wakil Rektor UMY Prof Zuly Qodir. Menurut dia problem radikalisme dan fundamentalisme sudah berhembus lama dan selalu ada. Persoalan agama dan etnis lebih mudah dihembuskan karena cenderung memiliki ikatan emosi dan perasaan.
"Kalau soal fundamentalisme ekonomi dan budaya, tidak terlalu tampak di permukaan, walaupun sebenarnya bisa saja," tandasnya.
Zuly menekankan pentingnya pemahaman yang lebih inklusif dan moderat tentang keberagaman. Masyarakat harus terbiasa menghargai perbedaan pandangan, dan tidak saling memusuhi.
“Jika potensi ini dibiarkan, fundamentalisme pada akhirnya bakal mengarah kepada ekstrimisme, dan berpotensi merusak,” katanya.
Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih dalam upaya pencegahan. Ormas keagamaan yang moderat seperti NU, Muhammadiyah dan pihak-pihak lain harus bisa memberi perimbangan terhadap pandangan dan sikap.
Editor : Wisnu Aji