get app
inews
Aa Text
Read Next : Mahasiswa UMS Harumkan Indonesia, Sabet Juara 2 di Kejuaraan Pencak Silat Internasional Singapura

Membangun Brand di Era Digital: UMS Soroti Pentingnya Strategi Jangka Panjang dan Pemahaman Audiens

Selasa, 10 Juni 2025 | 21:31 WIB
header img
Diskusi dalam Kelas Digital yang mengambil tema membangun brand melalui media sosial. Foto: Ist.

SOLO, iNewsSleman.id - Membangun brand tidak cukup dengan tampilan visual menarik pada era digital seperti sekarang. Nilai, diferensiasi, dan strategi komunikasi yang tepat menjadi ragam cara untuk membangun brand. 

Hal ini menjadi inti diskusi dalam Kelas Digital bertema “Membangun Brand Melalui Media Sosial”, bersama Rasuli, S.Sos., Koordinator Media Sosial Biro Humas dan Pemeringkatan (BHP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Pada kegiatan yang digagas oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Natural Farmasi UMS, Rasuli mengangkat tema “Membangun Brand Melalui Media Sosial”. Tema ini secara khusus mengajak peserta untuk memahami branding lebih dari sekadar logo dan tampilan media sosial.

“Kita sering keliru. Fokusnya bukan membangun brand media sosial, tapi bagaimana membangun brand melalui media sosial,” terang ulang Rasuli, Selasa (10/6/2025).

Ia menekankan bahwa media sosial hanya sebagai alat (tools) dalam proses branding. Nilai utama dari brand justru terletak pada identitas, persepsi, dan nilai yang dibangun dan ditanamkan kepada publik.

Menurutnya, branding adalah proses yang membutuhkan strategi jangka panjang, bukan sekadar membuat logo atau memilih nama yang menarik. 

“Brand itu persepsi. Sedangkan branding adalah upaya membentuk persepsi itu. Jadi kalau kalian hanya punya logo, itu belum mencukupi sebagai brand,” tegasnya.

Pada sesi interaktif, peserta diajak untuk memahami perbedaan antara brand, branding, dan merek. Rasuli menggunakan analogi sederhana: nama di KTP adalah merek, sedangkan brand adalah bagaimana orang lain memandang kita.

“Seringkali yang keliru adalah ketika kita lebih sibuk mengelola tampilan media sosial, tetapi lupa bahwa yang utama adalah membangun value dan citra dari organisasi atau produk kita melalui media sosial itu sendiri,” imbuh Rasuli.

Selain itu, ia juga menjelaskan strategi membangun brand melalui tiga tahapan: memahami produk (product insight), mengenal perilaku target audiens (target behavior), dan mengetahui tipe adopsi pasar (adoption category). Ia bahkan mengklasifikasikan pasar ke dalam lima kelompok: inovator, early adopter, early majority, late majority, dan laggard.

“Setiap brand akan menemukan pasarnya masing-masing. Tapi perlu strategi agar brand itu diterima sesuai karakter audiensnya,” terang Rasuli.

Lebih lanjut, dalam sesi pemaparan yang diadakan pada Minggu (8/6), Rasuli menekankan bahwa proses membangun brand dimulai dari memahami kebutuhan pasar, menetapkan core value, serta menciptakan brand DNA dan positioning yang kuat.

“Banyak yang salah kaprah. Langsung bikin nama dan logo dulu. Padahal yang harus dimulai adalah memahami produk, target pasar, dan nilai apa yang ingin kita tawarkan,” tegasnya.

Brand yang kuat, menurut Rasuli, adalah brand yang memiliki value dan call to action (CTA). “Jika tidak ada CTA, bisa diperkuat dengan tagline yang memperkuat value atau brand itu,” ujarnya.

Tak kalah penting, menurut Rasuli, brand yang baik harus memiliki personality.

“Brand yang kuat punya kepribadian. Apakah dia hangat, profesional, ramah, atau inspiratif. Semua harus bisa terlihat di media sosial maupun produk yang dihasilkan,” jelasnya.

Di akhir sesi, ia mengajak peserta untuk tidak terpaku pada tampilan luar brand saja, tetapi fokus pada pesan, nilai, dan pengalaman yang dibangun bersama audiens.

“Brand yang hebat bukan hanya dikenal, tapi juga dikenang. Dan itu hanya bisa dicapai jika kita benar-benar tahu siapa kita, siapa audiens kita, dan apa yang ingin kita sampaikan,” tegasnya.

Kegiatan Kelas Digital ini mendapat antusiasme tinggi dari peserta, yang sebagian besar berasal dari lingkungan Lembaga Pers Mahasiswa dan organisasi mahasiswa di FKIP UMS. Para peserta tidak hanya menyimak, tetapi juga aktif berdiskusi melalui sesi tanya-jawab.

Rasuli menutup sesi dengan mengingatkan peserta untuk konsisten dalam proses membangun brand organisasi. Media sosial, katanya, bisa menjadi ruang strategis asalkan digunakan dengan arah dan nilai yang tepat.

“Brand yang kuat tidak lahir dari konten viral sesaat, tapi dari proses panjang membangun nilai dan reputasi yang konsisten,” pungkasnya. 
 

Editor : Ary Wahyu Wibowo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut