“Student Centered Learning harus menjadi pendekatan utama dalam pembelajaran agar siswa lebih aktif terlibat, sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kualitas tidak selalu berarti mahal.
“Yang mahal belum tentu berkualitas. Pendidikan berkualitas adalah yang mampu menghadirkan gairah dan harga diri bagi peserta didiknya,” katanya.
Menurut Muhibbin, proses pembelajaran harus dirancang agar menyenangkan dan memotivasi siswa untuk terus berkembang.
School Well-Being yang disampaikan mengacu pada kesejahteraan lingkungan sekolah secara menyeluruh, meliputi kondisi fisik, mental, sosial, dan emosional seluruh warga sekolah. Sementara itu, Student Well-Being menitikberatkan pada kesejahteraan siswa yang mencakup aspek fisik, emosional, sosial, dan akademik. Keduanya menjadi dasar penting dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Dalam implementasinya, AUM pendidikan menerapkan prinsip-prinsip integrasi spiritual dan akademik, menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman, serta memberikan dukungan kesehatan mental dan fisik. Selain itu, pemberdayaan sosial yang relevan dan kurikulum adaptif juga menjadi bagian dari pendekatan ini.
Kesimpulan yang disampaikan, ia menegaskan bahwa kesejahteraan lingkungan sekolah (School Well-Being) dan siswa (Student Well-Being) adalah kunci utama dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu.
“Dengan prinsip spiritual, akademik, dan pendekatan menyeluruh, AUM pendidikan mampu menghadirkan suasana belajar yang menggairahkan, bermakna, dan berkelanjutan,” katanya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait