Tiga pekan lalu, menurut Inten, Djoko Pekik sempat menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama dua minggu karena tulang tangan kiri patah ketika dia terjatuh.
Ia menuturkan, kondisi kesehatan ayahnya menurun sehingga tidak bisa lagi berkarya pada masa tua.
"Rokok ya masih rokok. Makan ya masih banyak. Cuma untuk mobilitas terbatas. Harus pakai kursi roda dan dituntun," kata dia.
Inten mengenang Djoko Pekik sebagai ayah yang baik dan perhatian pada anak-anaknya serta seniman yang peduli pada kolega.
Menurut Inten, ayahnya belum lama ini menyempatkan hadir dalam pameran tunggal pelukis Nasirun di Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
"Terakhir ke Magelang, acara Nasirun," kata dia.
Jenazah Djoko Pekik dibawa ke daerah Sembungan di Kabupaten Bantul setelah didoakan di Rumah Duka Rumah Sakit Panti Rapih pada Sabtu siang.
Mobil yang membawa jenazah Djoko Pekik melalui Jalan Malioboro dan berhenti beberapa saat di tempat tinggal lama sang pelukis di Wirobrajan, Kota Yogyakarta, dalam perjalanan menuju ke Bantul.
Inten mengungkapkan bahwa ayahnya semasa hidup senang melewati Jalan Malioboro.
"Bapak itu kalau pergi ke mana saja pasti pulangnya minta lewat Malioboro. Enggak peduli mau macet mau apa, harus lewat Malioboro. Paling senang melewati lampu-lampu di Malioboro, sama kalau ada 17-an gini banyak hiasan-hiasan," kata dia.
Misa rekuiem untuk Djoko Pekik dilaksanakan pada Sabtu malam di kediaman seniman kelahiran 2 Januari 1937 itu di daerah Sembungan, Bantul.
Pada Minggu (13/8) akan dilaksanakan acara bersama para seniman sebelum upacara pemakaman jenazah pelukis Djoko Pekik.
Editor : Bayu Arsita