BLITAR, iNewsSleman.id - Komunitas peternak ayam–telur tradisional dan supplier di Blitar serta Kediri menyumbangkan telur untuk dibagikan kepada masyarakat. Mereka berharap praktik oligopoli di sektor industri ayam dan telur dapat diberantas.
Ketua komunitas peternak, Edi Sukirman mengatakan, pembagian telur untuk mendukung program makan siang gratis kepada anak sekolah dan santri yang dicanangkan pasangan Prabowo-Gibran.
“Konsumsi daging ayam, telur, dan daging sapi yang rutin akan meningkatkan gizi anak-anak Indonesia,” kata Edi Sukirman dalam pembagian telur di lapangan Desa Deyeng, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Kamis (8/2/2024).
Dikatakannya, saat ini konsumsi daging ayam rata-rata masyarakat Indonesia hanya 2,7 kg per kapita, jauh di bawah Malaysia, Filipina dan Vietnam. Masing-masing orang hanya mengkonsumsi 150 butir telur per tahun, atau 10 butir per bulan.
Sementara produksi telur ayam ras di Indonesia mencapai 5,57 juta ton, serta daging ayam ras 3,4 juta ton per tahun. Sayangnya, di tengah tingginya produksi telur serta kebutuhan konsumsi yang besar, tidak dibarengi peningkatan kesejahteraan para peternak tanah air.
Saat ini industri ternak ayam dan telur justru sedang tidak baik-baik saja. Para peternak tradisional terpuruk oleh praktik oligopoli (persaingan pasar yang tidak sehat), di mana industri dikuasai oleh beberapa perusahaan besar saja.
“Mereka menguasai bisnis dari hulu sampai hilir sehingga bisa menentukan harga ayam dan telur secara sepihak,” kata Edi Sukirman.
Perusahaan besar itu juga memonopoli cold storage (gudang pendingin) serta rumah pemotongan hewan (RPH) untuk menciptakan ketergantungan pada peternak tradisional.
Edi mencontohkan, ketika peternak hendak melepas ayamnya karena masuk masa panen, perusahaan besar meminta RPH dan cold storage menolak dengan alasan penuh. Sehingga, peternak tidak punya pilihan selain menjual ayam dan telur mereka dengan harga murah.
Editor : AW Wibowo