get app
inews
Aa Read Next : Festival Garis Imajiner 2024, Ajang Pelestarian Budaya Lokal

Diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya, Jamu Belum Dilirik untuk Pengobatan Medis

Senin, 27 Mei 2024 | 19:33 WIB
header img
Para pengusaha jamu melakukan sosialisi minum jamu dalam rangkaian Musda GP Jamu DIY sebagai rangkaian Peringatan Hari Jami Nasional di Taman Jamu Naturindo, Kulonprogo, Senin (27/5/2024). (foto: kuntadi)

KULONPROGO, iNewssleman,id - UNESCO  telah mengakui jamu sebagai warisan budaya tak benda (WPTB) pada 6 Desember 2023. Namun keberadaan jamu belum begitu dilirik dalam pengobatan dan kesehatan. 

Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu DIY Teguh Adi Nugroho mengatakan, butuh proses lama untuk mendapatkan pengakuan jamu sebagai warisan budaya dari UNESCO. Mereka harus menggandeng akademisi, praktisi untuk mmebuat konsep. 

"Butuh waktu yang lama untuk mendapat pengakuan. Kami di daerah kemudian di pusat itu juga dari akademisi, praktisi berusaha untuk membuat konsep agar jamu jadi warisan budaya tak benda ke UNESCO. Alhamdulillah kemarin 6 Desember 2023 dapat sertifikat pengakuan," kata Teguh pada Peringatan Hari Jamu Nasional di Taman Jamu Naturindo, Kulonprogo, Senin (27/5/2024). Salah satu rangkaian kegiatan menggelar musyawarah daerah Musda GP Jamu DIY. 

Menurutnya, pengakuan UNESCO bisa menjadikan jamu lebih dikenal di masyarakat. Salah satnya sebagai alternatif pengobatan medis yang diterapkan di rumah sakit. Namun harapan ini masih sangat kecil karena baru di RSUP Sardjito yang mengembangkan layanan ini.
 
"Ini sedang diperjuangkan oleh teman-teman pelaku usaha jamu," ujarnya.

Para pengusaha jamu juga terus  berinovasi, menghadirkan produk jamu yang selaras dengan ilmu pengetahuan. Produk yang dihasilkan juga melalui serangkaian riset menggandeng akademisi dan ahli.  

“Image masyarakat jamu itu empiris, makanya harus bagaimana mengejar sisi ilmiahnya. Sehingga butuh kerjasama dengan akademisi untuk risetnya," kata dia. 

GP Jamu juga terus melakukan sosialisasi dengan mengandeng dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Harapannya nanti tenaga kesehatan juga ikut merekomendasikan jamu sebagai alternatif pengobatan. 

Salah satu bentuk inovasi jamu, dilakukan Sutrisno dengan membuat selai jamu. Selai ini bisa dijadikan pendamping roti tawar sebagai bahan makanan yang lebih awet. 

“Selai ini bisa lebih tahan lama dibanding jamu gendong. Rasanya juga tidak pahit sehingga disukai anak-anak,” kata Sutrisno. 

Selai jamu ini menggunakan bahan rempah seperti kunyit, kunir, beras kencur. Sehingga rasa yang dihasilkan memiliki cita rasa mirip dengan jamu. Produk yang dihasilkan juga sudah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan.

“Ada beberapa varian rasa yang bisa dipilih, dari kunir asam, kunyit sampah wedang uwuh. Satu botol harganya Rp20.000,” katanya.

Editor : Wisnu Aji

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut