Kedua, detail tulangan yang tidak memenuhi syarat teknis (jenis tulangan (polos dan ulir)), jumlah tulangan (rasio penulangan yang kurang), panjang penyaluran dan angker pada sambungan tulangan balok dan kolom yang tidak memenuhi persyaratan. Dan ketiga adalah mutu pelaksanaan di lapangan yang kurang baik karena pelaksana di lapangan rata-rata kurang mendapat pelatihan bangunan tahan gempa.
Kesimpulan dari penelitian tersebut, pertama yaitu bangunan non teknis (Non-Engineered Building (NEB)) pada hunian masyarakat rata-rata mempunyai kualitas beton bertulang yang sangat jelek, baik mutu beton maupun pengerjaannya sehingga mengalami kerentanan terhadap bahaya gempa bumi.
Kedua, perkuatan pada elemen hubungan balok kolom pada bangunan non-teknis mempunyai efektifitas dan efisiensi yang baik, sehingga akan sangat membantu meningkatkan kinerja seismik, karena dapat meningkatkan kapasitas beban sampai 71,23%, menurunkan tingkat bahaya keruntuhan dari keruntuhan joint ke bagian kolom dan meningkatkan kondisi undamaged (tidak rusak) pada kondisi DBE dari 56,08 % menjadi 82,41% sementara pada kondisi MCE dari 29,21% menjadi 66,80%.
Edy menyarankan perlu dilakukannya mitigasi pada bangunan non-teknis (hunian) untuk mencegah bahaya keruntuhan total pada bangunan yang berpotensi besar akan menimbulkan korban jiwa dan harta yang sangat besar. Kedua, perlu dilakukannya pelatihan dan sosialisasi bangunan tahan gempa kepada masyarakat sehingga akan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pencegahan bahaya gempa bumi.
“Ketiga, perlu ditingkatkannya peningkatan kerja sama dari pemangku kepentingan untuk mitigasi gempa bumi, baik dari pemerintah, akademisi, praktisi, maupun kalangan swasta,” ucapnya.
Ketua Penguji, Dr. Techn. Ir. Sholihin As'ad. M.T. mengucapkan selamat kepada Edy Purwanto atas diraihnya gelar Doktor.
“Semoga ilmunya bermanfaat dan semoga dapat menginspirasi dosen-dosen lainnya yang belum Doktor. Kebetulan Dr. Edy ini merupakan Dosen di FT UNS,” ujar Dr. Techn. Sholihin yang juga sebagai Dekan FT UNS.
Dr. Techn. Sholihin menambahkan, pihaknya terus mendorong kepada dosen-dosen yang belum Doktor untuk segera mengambil S3.
“Kami optimistis 3 sampai 4 tahun ke depan, 80 persen dosen di FT UNS bergelar Doktor,” ucapnya.
Editor : AW Wibowo