YOGYAKARTA, iNewssleman.id - Kereta api telah menjadi moda transportasi massal yang banyak diminati konsumen sepanjang masa. Berbagai upaya terus dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mewujudkan keamanan dan kenyamanan pada konsumen.
Sejak dulu kereta api telah menjadi primadona bagi masyarakat yang akan bepergian ke luar kota. Harga tiketnya yang murah dan lokasi stasiun yang berada di tengah kota menjadi alasan masyarakat untuk menggunakan moda transportasi ini.
Pada era 1990, kebijakan pelayanan PT KAI masih cukup longgar. Penumpang bisa naik kereta tanpa harus memiliki tiket tempat duduk. Tiket bediri menjadi pilihan meski harus berdesak-desakan di dalam gerbong. Tak jarang penumpang nakal memilih kucing-kucingan dengan petugas di dalam kereta hingga menyogok petugas.
Suasana di dalam gerbong juga tidak kalah mengerikan. Banyak penumpang memilih tidur di lantai dan kolong tempat duduk, meski kadang dilompati pedagang asongan yang menawarkan berbagai jenis makanan. Belum lagi pengamen dengan gitar bututnya untuk mengiringi lagu yang dinyanyikan dengan suara sumbang.
Petugas PT KAI memeriksa tiket salah satu calon penumpang yang akan masuk ke dalam stasiun. (foto: istimewa)
Tak jarang penumpang menjadi korban copet karena minimnya pengawasan dan pengamanan. Bahkan saat lebaran, banyak penumpang nekat naik di lokomotif, atap gerbong hingga berdesakan di dalam toilet.
“Iya, dulu kalau ke Bandung pasti banyak asongan, pedagang pecel yang menawarkan dagangan. Pengamen juga membuat suasana menjadi seram,” kata salah satu pengguna kereta Api, Tiara Yogiarni, Senin (9/12/2024).
Namun cerita itu kini tinggal kenangan. Pemandangan itu tidak bisa lagi dijumpai karena penumpang yang masuk ke area stasiun pasti mengantongi tiket dengan tempat duduk. Belum lagi pengecekan penumpang dan pengamanan super ketat.
PT KAI juga mengeluarkan regulasi melarang pedagang asongan masuk ke dalam areal stasiun dan ke dalam gerbong. Pedagang diarahkan untuk menempati kios di sejumlah stasiun. Bagi penumpang yang ingin makan juga bisa mengakses layanan restorasi yang ada di setiap rangkaian kereta meski ada di kelas ekonomi sekalipun.
Tiara mengaku hampir setiap pekan akan pulang ke Yogyakarta dan kembali ke Bandung. Dia memilih KA Pasundan atau KA Kahuripan yang harganya terjangkau. Seandainya tiket habis, dia menggunakan KA Kutojaya yang akan disambung dengan KA Prameks menuju ke Yogyakarta.
“Sekarang keamanan dan kenyamanan jauh lebih baik. Di dalam gerbong juga ada Polsuska yang aktif patroli. Petugas cleaning service juga aktif membersihkan sampah di dalam gerbong,” katanya.
Pengetatan penumpang menjadikan suasana gerbong kereta menjadi lebih aman, nyaman dan bersih. (foto: istimewa)
Penumpang yang lain, Rendra Heru mengatakan, ada beragam jenis kereta yang bisa dipilih konsumen untuk tujuan Jakarta. Penumpang tinggal menyesuaikan dengan budget yang ada.
“Saya pilih naik kereta karena tepat waktu. Saya biasa pakai KA Taksaka karena sampai di Jakarta sebelum subuh dan paginya bisa langsung bekerja,” katanya.
Menurutnya, layanan kereta saat ini sangat nyaman. Untuk kelas eksekutif hanya berhenti di Purwokerto dan Cirebon. Sedangkan dulu, ketika akan ke Jakarta harus mampir di sejumlah stasiun. Kebijakan pembangunan jalur double track menjadikan waktu tempuh menjadi lebih pasti.
“Jarang terlambat, kalau terlambat karena bencana longsor atau banjir. Ketika terlambat akan diumumkan dan estimasi keterlambatan juga tepat,” katanya.
Manager Humas Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro mengatakan, perbaikan layanan tidak hanya pada sisi lokomotif, gerbong dan layanan kepada penumpang. Namun juga pada aspek sarana prasarana pendukung. Salah satunya penggunaan bantalan sintetis untuk menggantikan bantalan kayu.
Bantalan sintetis ini lebih kuat dan tahan terhadap cuaca ekstrem. Tahun ini mereka telah mengganti 2.601 bantalan kayu di jalan dengan bantalan sintetis. Di Wilayah Daop 6 sudah terpasangn bantalan sintetis di 48 jembatan (BH).
“KAI Daop 6 turut berupaya mewujudkan pelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi perawatan infrastruktur,” kata Krisbiyantoro.
Petugas PT KAI memberikan pendampingan kepada penyandang disabilitas yang turun di stasiun. (foto: istimewa)
Menurut dia, bantalan sintetis telah melewati serangkaian pengujian untuk memastikan bahwa bantalan tersebut memenuhi standard teknis yang ditetapkan. Pengujian mencakup kekuatan lentur dan modulus young, Uji ketahanan beban lentur, uji ketahanan tekan longitudinal, Uji kuat geser, Uji Kuat Lekat maupun Uji tegangan tembus arus bolak balik serta Uji resistensi isolasi arus searah.
Selain itu juga telah lulus Uji kekuatan cabut screw spike, pengukuran dimensi, Uji ketahanan api, Uji Ketahanan fatik dan Uji ketahanan terhadap cuaca.
“KAI pastikan setiap inovasi yang dilakukan membawa dampak positif, baik untuk penumpang maupun lingkungan,” katanya.
Menghadapi Nataru, PT KAI juga memberikan angkutan gratis untuk motor listrik sesuai kebijakan Kementerian Perhubungan. Program Motis sebagai pelayanan kepada pemudik yang ingin membawa motornya ke kampung halaman.
“KAI terus berperan dalam meningkatkan keselamatan pemudik melalui penyediaan rangkaian kereta api angkutan Motis. Program ini akan mengurangi kemacetan di jalan dan meningkatkan keselamatan para pemudik,” katanya.
Masih dalam menyambut Natal dan Tahun Baru, PT KAI juga menambah personel siaga untuk mendukung kenyamanan penumpang. Mereka akan ditempatkan di lokasi prioritas seperti perlintasan tidak terjaga dengan volume lalu lintas tinggi.
Petugas prasarana ekstra akan dialokasikan untuk daerah dengan kebutuhan operasional tinggi. Sebanyak 26 tenaga tambahan meliputi Penjaga Jalan Lintas (PJL) 11 orang dan 15 Petugas Pemeriksa Jalur (PPJ) di wilayah Daop 6.
“Petugas pemeriksa dan perawatan telah diberikan pelatihan untuk meningkatkan keahlian personil di lapangan,” katanya.
PT KAI Daop 6 Yogyakarta juga meningkatkan keandalan prasarana dengan melakukan penggantian rel, wesel, dan bantalan rel. Penggantian rel dengan jenis baru yaitu R.54 sepanjang 5.000 meter, kemudian wesel yang baru sebanyak 20 unit. Selain itu juga ada penambahan batu pecah, pembuatan bronjong ataupun selokan pasangan batu.
“Kami juga tempat tempatkan AMUS (alat Material untuk Siaga) untuk meningkatkan pengawasan di titik rawan bencana. Total AMUS ada di 17 resort (kantor Unit Jalan Rel dan Jembatan),” ujarnya.
Editor : Wisnu Aji