Banjir di Jakarta dan Bekasi, Ini Pandangan Dosen Arsitektur UMS

Untuk pembangunan suatu lahan telah ada sistem perizinan apakah suatu kegiatan mendapatkan izin atau tidak yaitu melalui Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR).
"Kalau izin, artinya belum terjadi kegiatan-kegiatan tersebut, tapi kalau sudah terjadi maka pengendalian yang seharusnya bergerak," tutur dia.
Dia menyimpulkan bahwa rencana tata ruang sudah baik, tetapi implementasinya yang masih menemui banyak kendala. Selain itu, tata ruang memiliki ketentuan untuk di review paling tidak 5 tahun sekali. Hasil review akan bisa mengatakan apakah perlu direvisi atau tidak. Dia menekankan, tata ruang wajib di review karena dinamika perkembangan kota itu sangat cepat.
Indrawati juga menyoroti perilaku manusia yang masih tetap membuang sampah sembarangan dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir.
Langkah atau solusi yang bisa dilakukan untuk menanggulangi banjir dari pandangan Indrawati di antaranya adalah dengan sistem drainase yang baik. Konsep drainase adalah untuk secepatnya mengeringkan area. Tapi apabila air jatuh di wilayah atas maka akan segera dialirkan ke daerah dataran rendah yang kemungkinan akan menyebabkan banjir.
Untuk itu sebaiknya menggunakan pendekatan drainase ekologis. Drainase ekologis dilakukan dengan membuat resapan-resapan seperti biopori, sumur resapan, embung atau kolam retensi. Sehingga apabila ada air akan bisa ditampung sementara dan kemudian meresap ke dalam tanah. Air yang tidak mampu diresapkan atau limpasan air akan mengalir ke sungai.
Sebelumnya, Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan telah mengimplementasikan dengan membuat banyak drainase ekologis dan dampaknya adalah banjir di Jakarta dapat berkurang. Keuntungan lain dengan implementasi drainase ekologis adalah untuk rainwater harvesting (panen air).
Indrawati mengatakan ketika air selalu dipompa untuk digunakan berbagai kegiatan, maka akan habis. Kehadiran sumur resapan dan kolam retensi ataupun biopori adalah dalam rangka untuk menambah air (water recharging). Dia juga merespon positif apabila dilakukan penggalian atau pengerukan sungai dan membuat sungai buatan.
“Kalau memang volume yang harus dibuang itu sekian dalam satu jam, berarti ini aliran harus sekian debit per menit, misalkan, ya dibuat saluran dengan kapasitas segitu,” kata dia.
Hanya saja karena itu Jakarta dan Bekasi adalah kota besar, tambahnya, akan sulit untuk mencari lahan yang ditujukan untuk membuat sungai buatan.
Editor : Ary Wahyu Wibowo