Evaluasi 7 Kasus Temperan Kereta, PT KAI Ajak Warga Jaga Keselamatan Bersama

YOGYAKARTA, iNewssleman.id - PT KAI Daop 6 Yogyakarta mencatat ada tujuh kasus temperan kereta selama triwulan I tahun 2025. Akibat kecelakaan ini empat orang meninggal dan lima luka berat.
“Kasus ini menjadi cermin nyata, kesadaran terhadap keselamatan perjalanan kereta api masih harus ditingkatkan,” kata Manager Humas KAI Daop 6 Yogyakarta, Feni Novida Saragih, Selasa (29/4/2025).
Menurutnya, kasus temperan kereta mayoritas diawali kelalaian pengguna jalan. Mereka kerap mengabaikan rambu dan isyarat di pelintasan sebidang.
"Keselamatan perjalanan kereta api adalah prioritas yang harus dijaga bersama, karena satu kelalaian kecil dapat berakibat fatal dan menelan korban jiwa dalam jumlah yang banyak," ujar Feni.
Kecepatan perjalanan kereta api di wilayah Daop 6 Yogyakarta, saat ini mencapai 120 kilometer per jam. Ini menjadi lompatan signifikan dalam upaya meningkatkan efisiensi layanan.
Kecepatan yang tinggi juga mengakibatkan jarak pengereman kereta menjadi lebih panjang, sehingga tidak mungkin KA mengerem atau berhenti mendadak.
“Keselamatan bergantung pada sikap disiplin dan kewaspadaan mutlak setiap individu,”ujarnya.
PT KAI Daop 6 secara konsisten melakukan sosialisasi keselamatan kepada masyarakat. Edukasi diberikan melalui berbagai saluran, mulai dari tatap muka di lokasi perlintasan sebidang, kegiatan di sekolah-sekolah, hingga penyebaran kampanye keselamatan di media sosial dan media massa.
"Keselamatan di jalur kereta api adalah tanggung jawab kita semua. Jangan beraktifitas di area jalur KA. Ketika melewati perlintasan sebidang selalu pastikan kemanan dengan menengok kiri dan kanan sebelum melintas," ujarnya.
PT KAI Daop 6 juga aktif menutup pelintasan sebidang sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No 94 Tahun 2018, khususnya pelintasan yang tidak dijaga, tidak berpintu, atau lebarnya kurang dari 2 meter. Selama triwulan pertama sudah ada tujuh pelintasan yang ditutup.
"Kami mengajak masyarakat untuk tidak hanya menaati rambu-rambu, tetapi juga membangun budaya selamat. Satu keputusan disiplin bisa menyelamatkan banyak nyawa," ujar Feni.
Editor : Wisnu Aji