Selain itu, strategi AMUS (Alat, Material, Untuk Siaga) juga diterapkan dengan menempatkan material darurat di berbagai titik strategis untuk mempercepat perbaikan jalur jika terjadi gangguan.
Dalam kegiatan KAIS, lanjutnya, jajaran komisaris dan direksi KAI juga melakukan pembinaan kepada seluruh jajaran manajemen dan pekerja Daop 6. Secara garis, memberikan arahan untuk beberapa aspek, seperti membentuk SDM yang unggul, mempersiapkan sarana dan prasarana yang handal dan optimal, serta membangun sistem keselamatan yang baik.
Direktur Keselamatan dan Keamanan KAI Dadan Rudiansyah mengungkapkan, KAI telah memiliki sistem keselamatan yang baik sebagai pondasi utama dalam menjalankan bisnis perkeretaapian.
"Kami telah membentuk safety committee di setiap unit kerja untuk memastikan pengawasan keselamatan lebih terstruktur. Selain itu, implementasi Contractor Safety Management System (CSMS) memungkinkan kami mengelola keselamatan kerja dengan mitra pihak ketiga secara lebih efektif,” kata Dadan Rudiansyah.
Melalui penerapan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) dan pelaporan Safety Railways Information (SRI), KAI dapat mengidentifikasi dan mengelola risiko dengan lebih baik.
Ia mengungkapkan, manajemen KAI setingkat Board of Director minus dua turut dilibatkan dengan program Management Safety Walkthrough (MSWT) untuk turun langsung ke lapangan, sehingga dapat memantau kondisi secara langsung.
“Dengan fokus pada unsafe condition dan unsafe action, data lapangan yang dikumpulkan menjadi dasar untuk langkah perbaikan berkelanjutan,” jelasnya.
Editor : AW Wibowo