MOJOKERTO, iNewsSleman.id – Para peternak domba di Jawa Timur cukup kewalahan memenuhi pesanan. Bahkan permintaan domba bunting sampai indent.
“Kami 90 persen mengembangkan domba jenis Cross Texel. Domba jenis ini sudah tersebar di Jember, Banyuwangi, dan Wonosobo (Jateng),” kata Efendi, pemilik peternakan BST Farm di Desa Randegan, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur di sela-sela menerima tinjauan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) akhir pekan kemarin.
Sejak mulai tahun 2019, peternakannya kini memiliki sekitar 450 ekor domba. Pada awalnya, dirinya memulai dengan memelihara ternak kambing. Dirinya sepenuhnya memelihara domba mulai tahun 2022. Domba dipilih karena memiliki sejumlah keunggulan dibanding kambing.
Pemiliharaan domba dinilai lebih mudah, mulai dari makanan yang tak pilih-pilih, ketahanan terhadap penyakit, sifat keibuan dalam merawat anak juga tinggi. Usaha peternakan yang dijalankan BST Farm adalah breeding (pembibitan) dan penggemukan.
Rombongan IKA UMS saat mengunjungi peternakan domba di Jawa Timur, Jumat (3/1/2025) akhir pekan kemarin. Foto: AW Wibowo.
Dirinya tidak mengandalkan breeding saja karena untuk lalu lintas keuangan sangat lambat. Peternak harus menunggu 8 bulan baru bisa menjual peranakannya. Sehingga butuh modal yang besar. Sehingga, dikombinasikan antara breeding, penggemukan dan jual beli domba.
“Yang paling jalan di trading, permintaan dari pembeli, terutama domba yang bunting sangat besar. Saat ini sampai indent,” tuturnya.
Untuk harga, domba dalam kondisi bunting atau tidak harganya sama. Sebab, peternak menjualnya dengan sistem timbang hidup. Semakin berat bobotnya, maka harganya semakin mahal.
Editor : AW Wibowo