Sambut Ramadan, UMS Gelar Kajian Tarjih Bahas Hukum dan Keringanan Puasa

Selain itu, orang yang diperbolehkan meninggalkan puasa dan menggantinya dengan fidyah adalah lansia, penderita sakit menahun, perempuan hamil, perempuan menyusui, serta pekerja berat. Mereka cukup membayar fidyah sebanyak satu mud atau sekitar 0,6 kg makanan pokok per hari, sesuai dengan Surah Al-Baqarah ayat 184.
Ia menegaskan bahwa orang yang diwajibkan berpuasa namun sengaja meninggalkannya tanpa alasan yang diperbolehkan akan menanggung konsekuensi atas perbuatannya.
Yayuli juga memaparkan beberapa hal yang membatalkan puasa serta sanksinya. “Makan dan minum di siang hari saat Ramadhan akan membatalkan puasa. Hal ini telah dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 187,” kata Yayuli.
Ia menambahkan, hubungan suami-istri di siang hari saat berpuasa tidak hanya membatalkan puasa tetapi juga mewajibkan pelakunya membayar kafarat.
“Kafaratnya adalah membebaskan seorang budak, berpuasa selama dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang miskin,” jelasnya mengutip hadis riwayat Abu Hurairah.
Namun, bagi orang yang makan atau minum karena lupa, puasanya tetap sah dan tidak perlu menggantinya. Mengutip hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Nabi SAW bersabda bahwa “barangsiapa yang lupa lalu makan atau minum, maka ia harus melanjutkan puasanya karena itu adalah rezeki dari Allah.”
Selain itu, ia mengingatkan bahwa mengeluarkan sperma secara sengaja juga membatalkan puasa.
“Dalam menjalankan ibadah puasa, kita harus menjaga diri dari perkataan dusta dan perbuatan yang tidak bernilai ibadah,” pungkasnya.
Editor : AW Wibowo