JAKARTA, iNewsSleman.id - Pemilu sebagai salah satu proses politik dalam sistem demokrasi di Indonesia, sejatinya menjadi wahana untuk masyarakat dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Masyarakat dapat menilai, memilih dan menentukan arah perkembangan Indonesia ke depan.
Tak terkecuali Generasi Z yang menjadi ujung tombak dan lokomotif era Indonesia Emas di tahun 2045 nanti. Peran dan partisipasinya tentu sangat diperlukan.
Webinar Indonesia Mampu diadakan pada Sabtu, 10 Juni 2023 mengangkat tema 'Pemilu Dalam Kaca Mata Generasi Z: Pandangan dan Harapan'.
Kegiatan dialog interaktif melalui ziom itu mengundang 3 (tiga) narasumber, seperti adalah Hadi Suprapro Rusli selaku Direktur Eksekutif Ide Cipta Research and Cunsulting (ICRC), Zhilan Nabila dari Centennialz dan Giovanni Helmi Munif selaku Komisaris Warga Muda.
Founder Indonesia Mampu, Endah Cahya Immawati, mengatakan jika di dalam proses pemilu yang tahapannya sudah dimulai, gagasan dan harapan dari Gen Z penting untuk diketahui oleh para kontestan agar menjadi agenda politik yang diimplementasikan di dalam kebijakan, program, dan anggaran.
“Penting bagi generasi Z untuk turut aktif mewujudkan politik/ demokrasi yang substantif, berkualitas dan berintegritas, dalam rangka mewujudkan kehidupan ke arah yang lebih baik,” ujar Endah.
Dalam paparannya, Direktur Eksekutif Ide Cipta Research and Consulting (ICRC), Hadi Suprapto Rusli, menyatakan jika tipologi dan kecenderungan politik generasi Z itu menyukai hal yang bersifat fleksible, bukan otorotatif, pola akses dan kecenderungan yang berbeda terhadap media sosial, style, dan pilihan kebijakan yang berhubungan dengan isu pendidikan dan lapangan pekerjaan haruslah ditangkap oleh stakeholder pengambil kebijakan dan para kontestan.
“Karakter pemimpin yang disukai oleh anak muda adalah prestasi, merakyat dan sederhana, berwibawa dan tegas, selain itu tidak mempunyai rekam jejak korupsi, jujur, dan pekerja keras,” ujar Hadi.
Zhilan Nabila dari CentennialZ menyampaikan bahwa 40 persen penduduk Indonesia merupakan generasi Z yang memiliki karakter inklusif, berbasis komunitas, dan mengorganisir gerakannya dengan menggunakan media digital. Termasuk dalam hal memandang dunia politik.
“Gerakan ini dipilih sebagai cara oleh Gen Z dibanding dengan strategi turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Karakteristik ramah digital inilah yang perlu disesuaikan oleh para kontestan,” ujar Nabila.
Pada kesempatan yang sama, Komisaris Warga Muda, Giovanni Helmi Munif, yang juga merupakan perwakilan dari Gen Z menyatakan bahwa Gen Z itu sangat aktif terhadap isu-isu lingkungan, politik, kesetaraan gender dengan perspektif yang inklusif dan memanfaatkan media sosial di dalam mengorganisir dan mempengaruhi opini publik.
“Gen Z memiliki pandangan bahwa diperlukan pendidikan yang inklusif, lingkungan yang berkelanjutan, dan partisipasi politik dalam komunitas melalui metode digitalisasi. Hal yang penting diperhatikan oleh para stakeholder yaitu bagaimana melibatkan generasi Z didalam proses politik, tidak hanya menjadi objek politik," ujarnya.
Editor : Bayu Arsita