Panembahan Senopati memiliki sebuah telur yang konon berasal dari pemberian Ratu Kidul, penguasa laut selatan. Telur tersebut, yang dinamai Telur Jagat, didapatkan oleh Panembahan Senopati saat bersemedi di tepi laut selatan. Barang siapa yang menelan telur Jagat tersebut mentah-mentah, tubuhnya akan kuat, kebal senjata, dan abadi atau tidak bisa mati.
Panembahan Senopati sempat tergoda untuk menelannya, tetapi Sunan Kalijaga, salah satu Wali Sanga yang terkenal dekat dengan kebudayaan Jawa, mengingatkannya tentang akibatnya. Alih-alih membuang telur tersebut, Sunan Kalijaga menyarankan Panembahan Senopati untuk memberikannya kepada seseorang yang lebih pantas, seseorang yang benar-benar berbakti kepada Mataram.
Panembahan Senopati mengerti dan mengetahui siapa yang akan memakan telur Jagat itu. Seseorang yang tak lain adalah Ki Juru Taman, yang telah berusia sangat tua dan selalu mematuhi semua kehendak raja.
"Buka telur ini dan makanlah mentah-mentah," kata Panembahan Senopati saat bertemu dengan Ki Juru Taman.
Tanpa ragu, Ki Juru Taman menelan telur Jagat tersebut. Apa yang terjadi kemudian? Tubuhnya yang renta tiba-tiba menjadi besar layaknya raksasa, membuat Panembahan Senopati terkejut dan mundur selangkah.
Menurut sang raja, dengan wujud baru itu, Ki Juru Taman telah mendapat kehormatan untuk mengabdi kepada Mataram selama-lamanya. Tugasnya adalah menjaga Gunung Merapi. Setiap kali Gunung Merapi menunjukkan tanda-tanda akan meletus, Ki Juru Taman yang berganti nama menjadi Kiai Sapu Jagat bertugas menenangkannya.
Jika erupsi tak dapat dihindari, tugasnya adalah mengalirkan semua material yang dimuntahkan Gunung Merapi ke jalur aman, untuk mencegah bencana di tanah Mataram, khususnya di kerajaan.
Kiai Sapu Jagat menjadi sosok gaib dan sebagai pemimpin tertinggi penjaga Gunung Merapi, ia didampingi oleh para danyang yang membantunya, termasuk Kiai Petruk, yang digambarkan sebagai sosok kurus dengan hidung panjang.
Agar konsistensi Kiai Sapu Jagat dalam menjaga Gunung Merapi tidak berubah, penguasa Keraton Mataram dan masyarakat secara rutin setiap tahun menggelar ritual Labuhan Merapi.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta