Deteksi tersebut, kata dia untuk mengidentifikasi kondisi bawah permukaan seperti apa. Sehingga, lanjut dia akan dicoba membuat profil-profil di bawah permukaan berdasarkan atas hasil dari data geofisika ini.
Dia menyampaikan, fenomena sinkhole atau lubang misterius di Kulonprogo merupakan peristiwa yang tidak wajar karena sinkhole tersebut muncul di struktur batuan yang tidak mudah larut.
"Pada umumnya sinkhole akan muncul di lahan batuan yang mudah larut seperti jenis batuan gamping yang jamak ditemui di Kabupaten Gunungkidul," ucapnya.
Sementara, jelas dia yang terjadi di Kulonprogo, sinkhole justru muncul di lahan batuan breksi. Batuan jenis tersebut dikenal tidak mudah hancur sehingga kecil kemungkinan memicu terjadinya sinkhole.
"Hal yang tidak biasa ini memunculkan sejumlah dugaan terkait apa sebenarnya yang memicu terjadinya sinkhole di Popohan. Salah satunya soal adanya litologi lain yang mudah larut di bawah batuan breksi lahan tersebut," ucapnya.
Dia menjelaskan, jika mengacu pada geologi regional memang di bawahnya breksi ini ada batu gampingnya, namun belum bisa diketahui apakah amblesnya ini ada di bawahnya breksi. Timnya akan meneliti seluruh kawasan Popohan dan sekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya fenomena serupa yang berpotensi memicu bencana.
Ditargetkan proses penelitian bisa rampung sepekan lagi dan hasil penelitian selanjutnya akan disampaikan kepada pemangku kebijakan setempat guna menentukan langkah mitigasi.
"Sehingga nanti kalau terjadi ada tanda-tanda atau sebagainya itu bisa kita antisipasi," katanya.
Editor : Bayu Arsita