Komisi A DPRD DIY Napak Tilas Perjalanan Bung Karno di Masjid Gunung Jati Cirebon

Eko mengaku menemukan adnaya relasi Bung Karno dengan Islam dan budaya cukup besar. Bung Karno pernah diskusi dengan pemimpin Soviet, kunjungan ke makam Imam Bukhari di sana. Sedangkan di Yogyakarta ada Masjid Syuhada.
“Pemberian nama masjid ini menjadi nilai penghormatan dan perkokoh bagaimana Islam berdampingan dengan yang lain. Pemda DIY perlu mengembangkan museum, untuk sampaikan pendidikan kepada penerus bangsa, Bung Karno memiliki catatan sejarah besar bagi budaya dan sejarah," kata Eko Suwanto.
Ahli budaya Cirebon, Jajat mengatakan, Presiden Sukarno di Cirebon pernah berdialog dengan masyarakat. Pada tahun 1960 memberikan nama masjid Sunan Gunung Jati sebagai penghormatan dari hadirnya masjid yang tanahnya disumbangkan oleh Hj Siti Garmini Sarojo.
“Orang Cirebon sudah memiliki toleransi sejak lama,” kata dia.
Wakil Ketua DPRD DIY Umarudin Masdar menyatakan, ada pesan sejarah dari Bung Karno dengan belajar sejarah dari masjid ini. Dengan nasionalisme, Bung Karno menyatukan agama dan kebudayaan.
“Pak Karno selalu memakai pakaian adat Cirebon kalau ke masjid ini. Islam bergabung dengan budaya, ditelusuri wawasan kebudayaan Indonesia digabungkan,” ujarnya.
Editor : Wisnu Aji