Menikmati Langit Senja Jogja dari Ketinggian Perbukitan Batur Agung

Ammar Mahir Hilmi
Langit Senja di Candi Ijo (Foto: Ammar Mahir Hilmi)

SLEMAN, iNewsSleman.id - Langit siang Kota Jogja tampak mendung ketika penulis hendak memulai perjalanan dengan mengendarai motor seorang diri menuju Candi Ijo, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta (Jumat, 27/1/2023). Hingga pukul 14.30 WIB langit kota Jogja tetap terlihat mendung pertanda sepertinya akan turun hujan. 

Namun, motor tetap penulis pacu menyususri Kota Jogja hingga memasuki wilayah pedesaan meski langit sempat terlihat mendung. Dengan keinginan untuk merasakan sensasi solo traveling disertai keyakinan dalam hati bahwa mendung ini hanya ilusi, pelan tapi pasti motor yang dikendarai tidak terasa telah sampai di jalan poros Piyungan-Prambanan yang kemulusan aspalnya membuat ketagihan untuk melintasinya. 

Sebelumnya, ketika menyeberangi perempatan ring road timur menuju Blok O yang mengarah Berbah, perjalanan dihadapkan dengan kondisi aspal yang sedikit bergelombang, sempit dan rawan macet. Namun tidak lama kemudian penulis langsung menemui kondisi jalan yang mulus disertai pemandangan hijaunya kebun-kebun dan persawahan penduduk. Dari kejauhan kita juga dapat melihat jajaran perbukitan yang telah masuk wilayah administratif Kabupaten Gunungkidul.

Setelah kurang lebih 40 menit mengendarai motor dari kota Jogja, menyeberangi ring road timur menuju arah Berbah, Sleman, menyusuri jalan poros Piyungan-Prambanan, tibalah akhirnya kita di pintu masuk kompleks Candi Ijo yang terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY. Jaraknya kurang lebih 20 km ke arah timur Kota Jogja. 

Jalan menanjak akan kita temui sesaat sebelum memasuki kawasan ini. Lokasinya yang masih berada di kawasan perbukitan Baturagung membuat kita dapat melihat indahnya pemandangan Kota Jogja dan sekitarnya dari arah barat candi. Otomatis kondisi kendaraan juga harus diperhatikan sebelum ke lokasi ini, pastikan kondisi kendaraan sudah full service dan kuat menanjak.

Cukup dengan membayar registrasi Rp 7.000 untuk wisatawan domestik, kita telah dapat menikmati keindahan kompleks candi ini. Lokasi yang berada di perbukitan membuat kita harus menaiki anak tangga untuk sampai ke bangunan utama. Dari tempat ini pula kita dapat menikmati suasana sore sembari menunggu matahari terbenam.

Dikutip dari berbagai sumber, kompleks candi ini dibangun pada zaman kerajaan Mataram kuno yang masih bercorak Hindu-Budha. Secara visual, tampak jelas struktur bangunan candi ini kental dengan corak Hindu. Struktur penataan kompleks candi ini berupa teras-teras berundak, semakin ke timur semakin tinggi mengikuti struktur bukit.

Di bagian dalam candi juga terdapat ruang pemujaan lengkap dengan artefak lingga dan yoni. Bangunan utama candi tampak dikelilingi pagar yang hanya tersisa reruntuhannya saja. Namun di beberapa bagian tampak telah dipugar sehingga kita dapat melihat bentuk struktur aslinya.

Tidak terlalu banyak wisatawan yang datang pada hari ini. Selain karena bertepatan pada hari kerja, lokasi candi yang tidak terlalu jauh dari Candi Prambanan mungkin saja mengalihkan perhatian pengunjung untuk memilih berwisata ke Candi Prambanan. 

Padahal, di sisi lain keindahan yang ditawarkan oleh Candi ini tidak kalah mengagumkan. Selain kalah pamor, lokasi Candi Ijo yang juga berdekatan dengan tempat wisata lain yakni Tebing Breksi juga bisa jadi faktor yang membuat fokus wisatawan teralihkan dari candi ini. 

Tapi apapun penyebabnya, bagi penulis, candi ini lokasi yang tepat untuk menikmati waktu sore tanpa harus merasa terganggu dengan penatnya keramaian. Suasana candi yang tidak terlalu ramai ditambah suasana sore yang syahdu menjadi nilai lebih bagi candi ini.

Sepanjang kurang lebih satu setengah jam berada di kawasan candi ini, penulis hanya menghabiskan waktu menyusuri tiap detail bangunan candi sambil menaruh rasa kagum dalam hati. Tidak berlebihan jika katakana bahwa sebelum bersentuhan dengan modernism, nenek moyang bangsa ini telah mengenal ilmu arsitektur bangunan. 

Bagaimana tidak, dengan peralatan yang masih sangat sederhana dibanding peralatan masa kini, orang-orang pada masa itu telah mampu mendirikan bangunan sekompleks dan serumit ini dan mampu bertahan ribuan tahun hingga kini. Meski telah melewati beberapa tahap pemugaran, kiranya rasa kagum kita melihat struktur-struktur bangunan ini tidak akan hilang meski ilmu dan teknik arsitektur modern terus berkembang.

Sekitar pukul 17.00 WIB atau menjelang matahari terbenam, sekedar duduk-duduk di tepian pagar candi bagian barat adalah pilihan terbaik. Dari kejauhan kita dapat melihat kedap kedip lampu yang menandakan malam akan segera tiba. Terlihat pula landasan pacu Bandara Adi Sucipto yang karena ilusi optik mata kita jadi terlihat pendek walau panjang asli landasannya kurang lebih 3 km. 

Cuaca yang masih mendung membuat matahari terhalang oleh awan pada sore ini. Kiranya tidak menjadi masalah, karena tujuan utama perjalanan ini untuk solo traveling dan menyusuri keindahan struktur bangunan candi telah tercapai. Menikmati senja hanyalah bonus dari perjalanan. Kini, waktunya untuk kembali pulang ke kota.

Editor : Ammar Mahir Hilmi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network