Tahun Baru Hijriyah dan Malam Satu Suro, Sama Po?

Fitriyani
Malam Satu Suro dalam penanggalan Jawa dan Tahun Baru Hijriyah adalah dua peristiwa yang terpisah. (Foto : ilustrasi)

SLEMAN.iNewsSleman.id - Memasuki minggu kedua di bulan Juli, terdapat tanggal merah di minggu ketiga nya, nanti.

Dalam kalender nasional dijadikan salah satu hari libur untuk memperingati Tahun Baru Hijriyah. Namun, pada suku tertentu tanggal tersebut merupakan perayaan tradisi Malam Satu Suro.

Di daerah Sleman, Yogyakarta, Malam satu Suro juga memiliki makna dan kepercayaan yang sama. Malam tersebut dianggap sebagai malam yang penuh dengan kekuatan supranatural dan dianggap sebagai awal tahun baru dalam budaya Jawa. 

Terdapat kaitan antara Malam Satu Suro dan Tahun Baru Hijriyah. Malam Satu Suro jatuh pada tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa, sedangkan Tahun Baru Hijriyah jatuh pada tanggal 1 Muharram dalam penanggalan Hijriyah.

Penanggalan Jawa dan penanggalan Hijriyah merupakan dua sistem penanggalan yang berbeda yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Tahun Baru Hijriyah merupakan perayaan yang penting bagi umat Muslim karena menandai awal tahun dalam kalender Hijriyah, yang juga digunakan sebagai acuan dalam perhitungan kalender Islam.

Malam satu Suro adalah sebuah kepercayaan atau mitos yang berkembang di Indonesia, terutama di daerah Jawa.

Malam Satu Suro, yang jatuh pada tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa, memiliki makna spiritual dan kepercayaan yang berbeda-beda bagi masyarakat Jawa. Namun, ada kesamaan dalam hal jatuh pada awal tahun kalender tertentu, yaitu awal tahun penanggalan Jawa.

Beberapa masyarakat Jawa yang mempercayai Malam Satu Suro mengaitkannya dengan Tahun Baru Hijriyah. Pada Malam Satu Suro, mereka melakukan ritual atau kegiatan religius sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur atau memohon berkah dan perlindungan dari Tuhan.

Beberapa orang percaya bahwa pada malam tersebut roh-roh halus atau makhluk gaib berkeliaran dan energi mistis lebih kuat daripada malam-malam biasa.

Masyarakat di daerah Sleman, dan Jawa pada umumnya, memiliki berbagai tradisi dan kegiatan khusus yang dilakukan pada Malam satu Suro. Misalnya, mereka melakukan ritual-ritual keagamaan seperti mengadakan pengajian, ziarah ke makam leluhur, atau mendatangi tempat-tempat suci untuk berdoa. Selain itu, ada juga yang melakukan tradisi nyadran, yaitu membersihkan dan merawat makam leluhur serta memberikan sesajen.

Meskipun Malam satu Suro memiliki makna dan kepercayaan khusus, penting untuk diingat bahwa ini adalah bagian dari tradisi dan kebudayaan setempat. Pandangan dan interpretasi mengenai Malam satu Suro dapat berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya.

Jadi Malam Satu Suro dalam penanggalan Jawa dan Tahun Baru Hijriyah adalah dua peristiwa yang terpisah dan memiliki latar belakang budaya dan kepercayaan yang berbeda. Meskipun ada kaitan dalam hal penanggalan, interpretasi dan praktiknya dapat berbeda-beda di setiap wilayah dan komunitas masyarakat.

Editor : Fitriyani

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network