YOGYAKARTA, iNewsSleman.id - Ratusan petani muda dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul di Yogyakarta, Kamis (10/8/2023). Mereka bergabung dalam UPLAND Project dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementrian Pertanian.
Farakka Sari, Project Management Unit UPLAND Project Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, mengatakan jika pemerintah ingin membangun kemandirian petani, salah satu caranya dengan membangun korporasi di tingkat petani.
Menurut Farakka Sari, ketika para petani berkumpul, memiliki usaha yang kuat dan bisa membiayai diri sendiri, pemerintah berharap mereka bisa lebih sejahtera.
"Kami ingin membangun kemampuan pemasaran mereka. Kami sempat belajar ke Kulon Progo, ada lembaga yang melakukan lelang produk pertanian petani. Kelebihannya bisa menguntungkan petani, kami ajak ke situ untuk nantinya harapannya dikembangkan di daerah masing-masing. Ataupun jika belum bisa, mereka punya bayangan untuk memaksimalkan pertanian di daerah," ujarnya pada wartawan.
Beberapa narasumber dihadirkan dalam proses belajar tersebut termasuk Diapora Indonesia yang memiliki pengalaman ekspor hasil pertanian. Tercatat ada enam kabupaten yang hadir kali ini yakni petani dari Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Magelang, Subang, Tasikmalaya dan Sumenep.
"Capain bagus Korporasi Petani sudah muncul seperti dari Kabupaten Purbalingga telah berhasil mengekspor produk lada ke Jepang. Bahkan saat ini telah berkontrak secara kontinu untuk mensuplai pasar di Negeri Sakura tersebut.
Kabupaten Sumenep Jawa Timur saat ini juga telah berhasil mengolah produk bawang merah goreng dan mampu mensuplai untuk pasar di Belanda. Harapan kami, hal-hal ini bisa semakin banyak di daerah lain," lanjut dia.
UPLAND sendiri merupakan program terintegrasi, dukungan alokasikan dalam sektor hulu atau produksi melalui infrastruktur pertanian seperti jalan usaha tani, irigasi, alat dan mesin pertanian serta alat pengolahan pasca panen.
Pada aspek peningkatan sumberdaya manusia, petani dari peserta program UPLAND juga diberikan pendidikan melalui pelatihan seperti sekolah lapangan, pelatihan pemasaran dan juga aspek-aspek literasi keuangan.
"Kita juga memberi dukungan dalam upaya adopsi teknologi maju melalui kegiatan adaptive research. Kita meyakini kalau sektor hulu dan sektor hilir (pasca panen) terintegrasi dalam satu konsep bisnis yang baik, kesejahteraan petani melalui peningkatan kualitas produk dan peningkatan harga bukan sesuatu yang tidak mungkin," imbuh Farakka.
Editor : Bayu Arsita
Artikel Terkait