Sambut Pemilu 2024, KPU Launching Film Edukatif Terkait Pemilu

Bayu Arsita Mandreana
KPU Launching Film Kejarlah Janji Sebagai Sarana Sosialisasi dan Pendidikan Politik Mengenai Pemilu dan Tahapan Pemilu.

JAKARTA, iNewsSleman.id - Pemilu atau politik jarang dilihat dari perspektif kebudayaan. Dengan inovasi baru, KPU mengedukasi masyarakat sebagai bentuk pendidikan politik dengan meluncurkan film drama komedi berjudul 'Kejarlah Janji'.

Menurut Ketua KPU, Hasyim Asy'ari, setidaknya, melalui film ini bukan sekadar tontonan, tetapi bisa menjadi tuntunan menyongsong Pemilu dan Pilkada Tahun 2024 di Indonesia, yaitu Satu Bangsa, Satu Nusa, Satu Bahasa.

Hal itu dinyatakan Ketua KPU, Hasyim Asy’ari dalam pesan singkat ke awak jurnalis, Selasa (19/9/2023).

Ia mengatakan jika dalam Pasal 12 huruf j, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, mengamanatkan kepada KPU untuk menyosialisasikan penyelenggaraan pemilu yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU kepada masyarakat. 

Untuk melaksanakan amanat tersebut, KPU perlu melakukan berbagai strategi dengan metode yang efektif agar dapat mencapai target yang optimal.

"Sesuai amanat UU No 7/ 2017 Tentang Pemilu, KPU mengemban amanat untuk melakukan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk Pendidikan Politik," ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya, KPU dituntut untuk melakukan strategi sosialisasi yang lebih baik, strategi yang tidak sekadar berdampak dalam membangun awareness, tetapi juga dapat menjadi inspirasi yang mendorong perubahan perilaku (behavior change) untuk pemilih dan masyarakat umum.

Strategi ini harus lebih variatif dan out of the box (menggunakan cara pandang baru), salah satunya melalui pembuatan film cerita layar lebar. 

"Film bisa menjadi hiburan yang menyenangkan bagi penonton, tetapi juga bisa memiliki elemen pendidikan atau pesan yang disampaikan," tambah Hasyim.

Ia mengatakan jika film adalah media massa yang menggabungkan elemen visual dan audio. Ini membuat film menjadi sangat menarik dan efektif dalam menyampaikan pesan, cerita, dan emosi kepada penonton.

Visual dalam film dapat berupa gambar, adegan, efek khusus, dan sebagainya, sementara audio melibatkan dialog, musik, efek suara, dan komponen audio lainnya. 

“Melalui film ini kami ingin membangun kesadaran bersama untuk menciptakan pemilu sebagai sarana integrasi bangsa, mengajak pemilih menggunakan hak pilihnya dengan bijak, melawan politik uang, politik identitas dan SARA, serta membangun sikap toleransi. Film sangat kuat dalam menyampaikan pesan, hiburan, dan informasi kepada masyarakat secara luas,  terutama untuk generasi milenial dan pemilih pemula gen Z,” jelas Ketua KPU, Hasyim Asy'ari, tentang tujuan dan harapan dibuatnya film Kejarlah Janji.

Secara singkat, Film ini berkisah Pertiwi (yang diperankan oleh Cut Mini), ibu mandiri yang menghidupi tiga anaknya yang sedang mencari identitas diri, Sekar (diperamkan oleh Shenina Cinnamon), Adam (diperankan oleh Bima Zeno), dan Isham (diperankan Thomas Rian).

Ibu yang tangguh itu dipenuhi masalah sejarah suami yang kalah dalam Pilkades, tapi juga menyimpan cinta penuh misteri. Masalah menjadi penuh drama dan komedi, ketika ketiga anaknya berkumpul pulang ke rumah.

Ketiganya membawa masalah terkait identitas diri dan balas dendam kekalahan ayahnya.

Lucunya, anak-anak ini malah menemukan misteri cinta ibu mereka yang ingin menikah lagi.

Semua terjadi di tengah riuh dan panasnya suasana menjelang Pilkades di desa yang dipimpin sosok Lurah ganteng, Janji Upaya (yang diperankan oleh Ibnu Jamil). Sosok lurah teladan, dengan status duda yang melahirkan beragam gosip pribadi bercampur gosip politik yang jenaka dan penuh drama.

Garin Nugroho selaku sutradara film Kejarlah Janji mengatakan, film memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini, sikap, dan perilaku penontonnya.

Dengan menggambarkan situasi, karakter, atau konflik tertentu, film dapat memicu diskusi sosial, perubahan budaya, atau pengaruh politik. 

“Civil education menjadi sangat penting di tengah kompleksitas pemilu di era media baru yang riuh rendah. Film ini menjadi medium civic education yang sangat langka. Pendekatan drama komedi menjadi cara untuk mengelola warga pemilih di berbagai wilayah nusantara,” ujar Garin.

Film ini diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat luas, terutama mereka yang akan menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024.

Editor : Bayu Arsita

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network