SOLO, iNewsSleman.id - Program Studi (Prodi) Doktor Ilmu Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo kembali meluluskan Doktor baru. Edy Purwanto dinyatakan lulus dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 4,0 atau dengan predikat sangat memuaskan.
Edy Purwanto berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan para Promotor dan Penguji dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor Prodi Doktor Ilmu Teknik Sipil FT UNS di Ruang Multi Media Gedung 4 FT UNS, Selasa (30/7/2024).
Disertasi yang diangkat Edy berjudul “Perkuatan Hubungan Balok Kolom Bangunan Non-Teknis (Non-Engineered Building) dengan Pelat Baja untuk Meningkatkan Kinerja Seismik”. Penelitian ini dilatarbelakangi karena sebagian besar wilayah Indonesia terletak di daerah rawan gempa.
Peristiwa gempa bumi yang terjadi di Indonesia menunjukkan kerusakan yang besar, khususnya terhadap bangunan hunian masyarakat. Rumah-rumah yang rusak ini karena tidak memenuhi persyaratan teknis terhadap bangunan tahan gempa.
Kerusakan pada rumah yang berkategori non teknis (Non-Engineered Building (NEB), antara lain karena terlepasnya antar elemen bangunan, khususnya elemen balok dan kolom. Kerusakan bagian pertemuan balok kolom antara lain disebabkan karena tidak sempurnanya panjang penyaluran atau tidak adanya ikatan yang kuat antara elemen balok dan kolom.
Pada bangunan teknis (engineered building) telah banyak diterapkan perkuatan dengan bahan Carbon-Fibre-Reinforced-Polymer (CFRP), Glass-Fibre-Reinforced-Polymer (GFRP), Textile reinforced concrete (TRC) maupun steel (baja). Perkuatan pada bangunan NEB masih belum banyak dilakukan perkuatan.
Sehingga pada penelitian ini dilakukan usaha perkuatan dengan pelat baja. Pelat baja dijadikan bahan perkuatan pada NEB karena mempunyai efektifitas dan efisiensi yang cukup baik seperti material perkuatan pada bangunan teknis, yaitu CFRP.
“Survey terhadap mutu bahan dan pelaksanaan pada NEB dilakukan di wilayah Surakarta (Soloraya) dan Kabupaten Pacitan,” kata Edy Purwanto.
Kemudian untuk data-data yang diambil sebagai sampel penelitian ini yang pertama yaitu terkait dengan mutu beton, hasil survey menunjukkan bahwa mutu beton kebanyakan di bawah standar, yaitu kurang dari 10 MPa dari yang disyaratkan minimal 21 MPa untuk bangunan tahan gempa.
Kedua, detail tulangan yang tidak memenuhi syarat teknis (jenis tulangan (polos dan ulir)), jumlah tulangan (rasio penulangan yang kurang), panjang penyaluran dan angker pada sambungan tulangan balok dan kolom yang tidak memenuhi persyaratan. Dan ketiga adalah mutu pelaksanaan di lapangan yang kurang baik karena pelaksana di lapangan rata-rata kurang mendapat pelatihan bangunan tahan gempa.
Kesimpulan dari penelitian tersebut, pertama yaitu bangunan non teknis (Non-Engineered Building (NEB)) pada hunian masyarakat rata-rata mempunyai kualitas beton bertulang yang sangat jelek, baik mutu beton maupun pengerjaannya sehingga mengalami kerentanan terhadap bahaya gempa bumi.
Kedua, perkuatan pada elemen hubungan balok kolom pada bangunan non-teknis mempunyai efektifitas dan efisiensi yang baik, sehingga akan sangat membantu meningkatkan kinerja seismik, karena dapat meningkatkan kapasitas beban sampai 71,23%, menurunkan tingkat bahaya keruntuhan dari keruntuhan joint ke bagian kolom dan meningkatkan kondisi undamaged (tidak rusak) pada kondisi DBE dari 56,08 % menjadi 82,41% sementara pada kondisi MCE dari 29,21% menjadi 66,80%.
Edy menyarankan perlu dilakukannya mitigasi pada bangunan non-teknis (hunian) untuk mencegah bahaya keruntuhan total pada bangunan yang berpotensi besar akan menimbulkan korban jiwa dan harta yang sangat besar. Kedua, perlu dilakukannya pelatihan dan sosialisasi bangunan tahan gempa kepada masyarakat sehingga akan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pencegahan bahaya gempa bumi.
“Ketiga, perlu ditingkatkannya peningkatan kerja sama dari pemangku kepentingan untuk mitigasi gempa bumi, baik dari pemerintah, akademisi, praktisi, maupun kalangan swasta,” ucapnya.
Ketua Penguji, Dr. Techn. Ir. Sholihin As'ad. M.T. mengucapkan selamat kepada Edy Purwanto atas diraihnya gelar Doktor.
“Semoga ilmunya bermanfaat dan semoga dapat menginspirasi dosen-dosen lainnya yang belum Doktor. Kebetulan Dr. Edy ini merupakan Dosen di FT UNS,” ujar Dr. Techn. Sholihin yang juga sebagai Dekan FT UNS.
Dr. Techn. Sholihin menambahkan, pihaknya terus mendorong kepada dosen-dosen yang belum Doktor untuk segera mengambil S3.
“Kami optimistis 3 sampai 4 tahun ke depan, 80 persen dosen di FT UNS bergelar Doktor,” ucapnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait