Sendratari Sugriwa-Subali Pukau Pengunjung Festival Gemah Rempah di Lereng Gunung Bromo

Kuntadi
Sejumlah seniman Kulonprogo menampilkan sendratari Sugriwa-Subali dalam Festival Gemah Rempah Loh Jiwani di Lapangan Tosari. Pasuruan, Sabtu (28/9/2024). (Foto: kuntadi)

PASURUAN, iNewssleman.id - Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) Kabupaten Kulonprogo menggelar misi budaya di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (28/9/2029). Sendratari Sugriwa-Subali yang ditampilkan dalam Festival Gemah Rempah Loh Jiwani di Lapangan Tosari, Pasuruan ini memukau ribuan pengunjung. 

“Penampilannya sangat bagus sekali, tadi penonton sampai bersorak-sorak,” kata Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan, Ika Ratnawati.

Menurutnya, cerita Sugriwa-Subali ini hampir sama dengan kesenian yang ada di Pasuruan. Sehingga masyarakat sudah sangat paham dengan cerita yang diambil dari kisah Ramayana ini. Hanya ada sedikit perbedaan pada nama-nama tokoh yang ditampilkan. 

“Ini sangat menghibur dan masyarakat cukup senang,” katanya. 


Dinas Kebudayaan Kulonprogo menggelar misi budaya dengan menampilkan Sendratari Sugriwa-Subali di Lapangan Tosari, Pasuruan, Sabtu (28/9/2024). (foto: kuntadi)

Festival Gemah Rempah ini sebenarnya menjadi rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Pasuruan ke-1.095. Rangkaian kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak 16 September 2024 di empat kecamatan di lereng Gunung Bromo. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini digelar lebih semarak karena mendapat dukungan dana dari Kementerian Pendidikan. 

Festival ini lebih untuk mengenalkan potensi rempah-rempah yang ada di Pasuruan. Selama ini potensi yang ada belum banyak dikenal dan masyarakat kurang fous dalam memelihara. Mulai dari jahe, kunyit, laos, Serai hingga rempah krangean yang paling dikenal. 

“Rempah-rempah di sini berbeda dengan yang ada di bawah. Apalagi krangean bisa untuk obat,” katanya.

 
 
Kepala Dinas Kebudayaan Kulonproog Eka Pranyata mengatakan, misi budaya ini untuk mengenalkan potensi dan keragaman seni budaya yang ada di Kulonprogo. Selain itu juga untuk menjalin silaturahmi antarseniman, maupun kerja sama dengan pemerintah setempat. 

“Alhamdulillah tadi respons pengunjung cukup bagus. Apa yang ditampilkan sangat memukau penonton,” katanya. 

Festival ini dipilih karena adanya jalinan komunikasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pasuruan. Kebetulan ada event yang cukup menarik yang dihadiri ribuan pengunjung dengan beberapa fasilitas yang ada. Kegiatan juga mendapat dukungan dari Dana Keistimewaan DIY. 

Sendratari Sugriwa-Subali mengisahkan keinginan Mahesa Suwa untuk mempersunting Dewi Tara. Nafsu angkara membutakan rasa dan perasaannya sehingga mengusik ketenangan Kahyangan Jonggringsalaka. Akhirnya, Batara Guru mengutus Sugriwa dan Subali untuk menumpas angkara di Kerajaan Kiskendo. 

Peperangan antara Mahesa Sura dan Lembu Sura melawan  Sugriwa dan Subali dibantu pasukan kera tak terhindarkan. Penguasa kerajaan Kiskendo yang kalah kemudian masuk ke dalam kerajaan. Subali mengejar dan berpesan kepada Sugriwa, jika aliran dari dalam kerajaan berwarna merah berarti Subali menang, dan ketika berwarna putih berarti Subali kalah dan Pintu harus ditutup. 

Ternyata yang keluar berwarna merah dan putih. Sehingga Sugriwa menutup pintunya. Subali yang masih hidup dan mengalahkan Mahesa Sura dan lembu Sura dengan cara membenturkan kepala. Subali Berhasil keluar, menembus atap kerajaan Kiskendo

Editor : Wisnu Aji

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network