SOLO, iNewsSleman.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Dr. Budi Santoso M.Si memberi kuliah umum di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Kamis (31/10/2024). Kehadiran Mendag sekaligus ‘pulang kampung’ mengingat UNS dulunya merupakan kampus tempatnya kuliah.
Kegiatan Ministerial Talk merupakan kerja sama antara UNS dan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Agenda kuliah umum amembahas topik “Kebijakan Perdagangan Indonesia”. Kegiatan yang berlangsung di Auditorium GPH Haryo Mataram UNS, terbuka untuk umum dan mayoritas diikuti para mahasiswa.
Mendag Budi Santoso membuka kuliah dengan bercerita perjalanan perdagangan Indonesia kepada para peserta. Ia mengibaratkannya sebagai sebuah kapal yang telah merasakan berbagai cuaca dalam pelayaran.
Peristiwa seperti dinamika krisis dan pertumbuhan ekonomi, boom komoditas minyak dan gas, boom komoditas manufaktur dan ekspor, boom komoditas crude palm oil (CPO) dan batubara, serta boom komoditas pasca pandemi menjadi ragam warna proses perdagangan Indonesia.
Skenario pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2028-2029 menjadi target baru bagi Pemerintah Indonesia. Hal itu berkaca pada keberhasilan Indonesia pada 1995 yang mencapai pertumbuhan ekonomi serupa. Untuk kembali mencapainya, Mendag menyebut diperlukan key policy yang mampu mendorong investasi serta adaptasi teknologi dan inovasi.
“Salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai ini adalah melalui hilirisasi. Penguasaan hilirisasi untuk proses produksi bisa disemua komoditas,” kata Budi Santoso.
Hilirisasi menuju pertumbuhan ekonomi 8 persen demi penciptaan nilai tambah dalam negeri dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) dengan cara yang inovatif dan kreatif. Kedua, penguasaan teknologi tinggi untuk proses produksi.
Ketiga, penguasaan rantai nilai logistik dan pembiayaan. Keempat, pembangunan ekosistem ekonomi yang memiliki efek berlipat. Kelima, penciptaan banyak lapangan kerja produktif. Keenam, penjagaan keseimbangan alam secara optimal dan berkesinambungan.
Mendag turut melaporkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh secara positif sebesar 5,05 persen pada Q2-2024. Kinerja aktivitas ekspor impor tanah air tercatat bertumbuh positif. Budi menilai bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang paling cepat melakukan recovery pasca pandemi Covid-19.
“Selama 53 bulan, sejak Mei 2020, ekspor kita selalu surplus. Ekspor lebih besar dibanding impor. Dalam sejarah Indonesia baru kali ini terjadi,” kata Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS tersebut.
Dalam mendukung berbagai kebijakan perdagangan tanah air, Kemendag RI telah melakukan perundingan perdagangan internasional. Hal ini menguntungkan Indonesia dalam membuka akses pasar serta mengurangi hambatan perdagangan. Tercatat sebanyak 11 perjanjian bilateral telah dimiliki Indonesia dengan berbagai negara seperti Jepang, Pakistan, Palestina, Chili, Australia, EFTA, Mozambik, Kenya, UAE, Iran, serta Malaysia.
Nilai transaksi perdagangan digital dalam negeri juga dilaporkan terus meningkat. Perdagangan dalam negeri turut menurunkan disparitas harga di wilayah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan. Dalam mendukung perdagangan dalam negeri, menteri kelahiran Sukoharjo ini mengajak para mahasiswa untuk terjun ke dunia wirausaha.
“Selesai kuliah jadilah pelaku usaha. Kita tanamkan kewirausahaan pada generasi muda. Rasio kewirausahaan kita baru diangka 4 persen. Sementara untuk menjadi negara maju rasionya 10-11 persen,” tuturnya.
Akhir dari kuliah umum, Budi menyampaikan bahwa Kemendag RI akan berfokus pada tiga program kerja. Pertama, pengamanan pasar dalam negeri. Kedua, perluasan pasar ekspor. Ketiga, peningkatan UMKM BISA Ekspor. UMKM BISA merupakan akronim dari Berani Inovasi dan Siap Adaptasi.
Keberanian dalam inovasi ini perlu didukung oleh kreativitas, promosi, dan teknologi yang terpadu. Sedangkan kesiapan adaptasi didukung dengan regulasi pasar ekspor, antisipasi pasar ekspor potensial, serta tren pasar.
Kondisi yang disampaikan oleh Dr. Budi Santoso, sejalan dengan SDGs kedelapan yang berbicara tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama di Indonesia. Hasil akhir dari perdagangan yang semakin maju adalah tercapainya SDGs pertama, tanpa kemiskinan dan SDGs kesepuluh, berkurangnya kesenjangan.
Editor : AW Wibowo
Artikel Terkait