Kenalkan Wayang Gatotkaca, UMY Tumbuhkan Cinta Tanah Air Warga Diaspora di Malaysia

Kuntadi
Ketia Tim Pengabdian HI UMY Ratih Ratih Herningtyas menyerahkan tokoh wayang kepada kepala SIKK di Sabah, Malaysia, Rabu (12/2/2025). (foto: istimewa)

BANTUL, iNewssleman.id - Tim Pengabdian Masyarakat Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melaksanakan pengabdian masyarakat kolaborasi internasional di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Mereka mengangkat wayang sebagai media pembelajaran kepada diaspora Indonesia di Malaysia. 

Tim Pengabdian ini diketuai Ratih Herningtyas dengan anggota Sugito, Sidiq Ahmadi, dan Zain Maulana. Kali ini  mengangkat tema tentang Bina Cinta Tanah Air untuk diaspora Indonesia di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK). Kegiatan ini menggandeng Suzalie Mohamad dari Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universitas Malaysia Sabah sebagai kolaborator internasional. 

“Kami mengangkat wayang kulit dengan tokoh Kresna dan Gatotkaca sebagai media pendidikan kewarganegaraan,” kata Ratih dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/2/2025). 

Tokoh Gatotkaca dalam cerita Mahabharata merupakan ksatria yang kuat dan rela berkorban untuk negara. Sedangkan Kresna merupakan diplomat dan ahli dalam penyelesaian perang. 

Kegiatan ini untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan memperkenalkan wayang kulit yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia tak benda. Pendidikan kewarganegaraan menjadi krusial dalam membentuk karakter serta kesadaran kebangsaan para siswa agar mereka memiliki keterikatan dengan Indonesia meskipun berada di luar negeri. 

Data Konsulat Jenderal RI di Sabah, diaspora Indonesia di Sabah  tercatat mencapai lebih dari 123.000 orang dan 23.000 di antaranya usia sekolah. Mayoritas mereka bekerja di ladang perkebunan sawit yang kerap jauh dari akses pendidikan. 

“Kehadiran kami ini untuk mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air dari anak-anak asal Indonesia melalui wayang kulit,” katanya. 

Kepala SIKK, Sahyuddin mengaku mengelola lebih dari 220 CLC ( Community Learning Center) yang tersebar di banyak Perkebunan sawit di Sabah, Tawau dan Serawak. Namun masih banyak diaspora Indonesia yang belum terjangkau pendidikan yang ditawarkan CLC. 

“Kegiatan di bawah CLC yang sangat tergantung pada Pemerintah Indonesia, Pemerintah Malaysia dan Perusahaan Sawit yang mengelola perkebunan di wilayah Sabah,” ujarnya. 

Editor : Wisnu Aji

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network