SOLO, iNewsSleman.id – Keterbatan fisik tak menghalangi 10 penyandang disabilitas mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Mereka tetap menunjukkan tekad yang besar untuk mengenyam Pendidikan tinggi.
Sebagai penyandang disabilitas, tentunya mereka menghadapi berbagai keterbatasan, baik secara fisik, aksesibilitas, maupun kondisi pribadi. Namun demikian, mereka hadir bukan hanya sebagai calon mahasiswa, tetapi sebagai pejuang mimpi yang enggan menyerah pada keadaan.
Salah satu peserta UTBK asal Pemalang, Muhammad Ulil Anwar mengaku ingin melanjutkan jenjang perkuliahannya pada Program Studi (Prodi) Pendidikan Luar Biasa (PLB) di UNS. Keputusan sejalan dengan mimpinya yang ingin berkontribusi dalam mensejahterakan teman-teman yang memiliki keterbatasan melihat (tunanetra).
“Saya memiliki guru yang berlatar belakang tunanetra dan lulusan PLB. Beliau banyak membimbing saya saat di kelas dan bisa menjadi sahabat ketika di luar. Dari beliau saya terinspirasi untuk menjadi guru dan ikut membantu teman-teman dengan keterbatasan agar bisa meraih mimpinya,” terang Ulil melalui siaran pers Humas UNS yang dikutip Jumat (25/4/2025).
Selain Ulil, beberapa calon mahasiswa disabilitas yang mengikuti UTBK seperti Shelvy Eightiarini dan Wahyu Dhian Artikasari memiliki keinginan untuk melanjutkan studi di UNS. Keduanya sama-sama memiliki ketertarikan dengan bidang konselor dan psikologis.
“Saya ingin menjadi psikolog, tapi setelah konsultasi dengan pusat disabilitas, saya disarankan untuk mengambil Prodi Bimbingan dan Konseling (BK) yang memberikan kesempatan kepada saya untuk berperan sebagai konselor atau guru yang bisa membimbing siswa -siswi untuk lebih baik,” kata Shelvy, calon mahasiswa asal Karanganyar tersebut.
Sebagai pusat UTBK yang inklusif, UNS membuktikan komitmennya dalam mendukung akses pendidikan bagi semua kalangan. Fasilitas khusus seperti perangkat komputer yang dilengkapi NonVisual Desktop Access (NVDA) atau pembaca layar. UNS juga menyediakan pendamping dari tim teknis, serta suasana ruang ujian yang ramah disabilitas menciptakan kenyamanan dan kepercayaan diri bagi peserta.
“Guru saya merekomendasikan untuk mengambil lokasi ujian di UNS, karena lebih ramah untuk disabilitas daripada di tempat lain di Jawa Tengah. Alhamdulillah dari UNS memberikan fasilitas yang sangat membantu, komputernya mudah untuk dipergunakan, NVDA-nya juga lancar, sehingga itu memperlancar ujian,” ungkap Ulil yang merasa terbantu dalam mengikuti ujian.
Hal serupa juga dirasakan oleh beberapa peserta ujian seperti Tika, peserta ujian dari Sleman. “Dari informasi yang saya dapat, UNS memiliki akses yang bagus untuk ujian bagi tunanetra. Selama ujian tadi Alhamdulillah lancar. Fasilitas seperti komputer dengan penerjemah layar dan pendampingan yang diberikan tim UNS sangat membantu,” jelas Tika.
Walaupun dengan segala keterbatasan, ketiganya menyelesaikan sesi UTBK-SNBT dengan lancar. Ia berpesan kepada teman-teman yang akan menjalani ujian di hari berikutnya agar tetap menjaga kesehatan dan mempersiapkan diri. “Untuk teman-teman yang akan ujian pada hari berikutnya, persiapkan diri dengan baik dan perhatikan tiap soalnya, tetap semangat dan jaga kesehatan,” tambah Ulil.
Pada tahun ini, UNS menjadi lokasi UTBK untuk 10 peserta disabilitas. Terdapat total 6 penyandang disabilitas tunanetra, 3 peserta dengan tuna rungu, dan 1 peserta tuna daksa.
Langkah-langkah kecil mereka menuju ruang ujian adalah bagian dari perjuangan besar untuk masa depan. Dan dalam perjalanan ini, UNS telah mengambil peran sebagai jembatan yang memperkuat tekad para calon mahasiswa, menjadi ruang yang tidak hanya menyediakan fasilitas, tetapi juga menumbuhkan harapan.
Editor : AW Wibowo
Artikel Terkait