KLATEN, iNewsSleman.id - Tim Program Pengabdian Masyarakat Persyarikatan/AUM/Desa Binaan (P2AD) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali memberdayakan persyarikatan dengan mengadakan pendampingan dan pembinaan kepada Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Klaten.
Kegiatan pengabdian ini dilakukan secara berkala mulai dari bulan November 2024. Tim yang terdiri dari Prof. Dr. Kuswaji Dwi Priyono sebagai ketua tim dan Agus Triyono, M.Si akan mendampingi JATAM PDM Klaten dalam mengembangkan padi Rojolele Srinuk. Kabupaten Klaten dikenal dengan produktivitas hasil pertanian yang melimpah.
“Klaten itu ibaratnya apa saja pasti tukul (tumbuh), jadi potensi kita memang pada beras. Kemudian kita berkolaborasi untuk bisa memasarkan,” tutur Kuswaji melalui siaran pers Humas UMS, Minggu (4/5/2025).
Program pangan yang dilakukan oleh JATAM PDM Klaten memiliki beberapa tantangan di antaranya keterbatasan teknologi dan inovasi pertanian, keterbatasan teknologi dan inovasi pertanian dan inovasi pertanian, perubahan iklim dan bencana alam, ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia, kurangnya dukungan kebijakan dan akses permodalan, keterbatasan akses terhadap sumber daya, dan fluktuasi harga dan ketidakpastian pasar.
Melalui pengabdian ini, diharapkannya akan dapat menghasilkan perubahan pola pikir petani untuk tidak menggunakan bahan kimia dalam budidaya padinya. Tim pengabdian juga membina dan mendampingi sejak tahap awal hingga pasca panen varietas tersebut.
Selain itu, rancangan pengabdian ini juga menawarkan solusi untuk permasalahan pemasaran. Tim dan mitra akan menerapkan Internet of Things, drone, dan aplikasi digital dalam pengelolaan pertanian serta pembuatan aplikasi atau platform pemasaran digital untuk menjual hasil pertanian langsung ke konsumen.
Lilik Nugraharja, STp., M. Eng, selaku Kepala Bidang Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Klaten menyampaikan tentang padi Rojolele dan turunannya yaitu Rojolele SrinukPadi sangat rentan dengan hama penyakit. Sedangkan untuk bibit padi Rojolele Srinuk masih belum bisa dikembangkan secara massal. “JATAM ini punya prospek untuk mengembangkan,” kata Lilik.
Dia juga menyampaikan terima kasih karena dengan sinergitas dan kolaborasi pengabdian antara JATAM dengan UMS, target swasembada pangan yang dicanangkan oleh Presiden RI Prabowo akan berhasil, apabila banyak elemen yang ikut terjun.
Lilik juga menyoroti peran akademisi untuk menghasilkan pemasaran hasil panen yang lebih luas.
“Dari sisi pemasaran, saya kira teman-teman akademisi akan lebih lihai karena punya banyak fakultas yang bisa memasarkan, tidak hanya dalam negeri, tapi di luar negeri, atau di manapun yang bisa meningkatkan harga,” tambahnya.
Kalau harga tinggi, produksi beras pasti akan tinggi juga dalam artian banyak masyarakat yang tertarik untuk memproduksi beras Rojolele.
Pada kegiatan Sabtu (3/5) petani JATAM mendapatkan pemaparan materi dan diskusi panel untuk memperdalam pengetahuan. Peserta antusias untuk menyimak materi tersebut demi pengelolaan pertanian mereka.
Editor : AW Wibowo
Artikel Terkait