SOLO, iNewsSleman.id - Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sukses menyelenggarakan Seminar Nasional Teknik Sipil ke-XIV tahun 2025. Kegiatan ilmiah ini menghadirkan dua pembicara utama, yakni Dr. Ir. AR Hanung Triyono, M.Si., selaku Kepala Dinas PU, Bina Marga, dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah dan Wahyu Setiawan, S.T. dari PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
Ketua panitia, Tsulis Iq’bal Khairul Amar TS, menjelaskan bahwa seminar ini bertujuan menjadi ruang pembelajaran dan pertukaran ide seputar lean construction.
“Lean construction berupaya meningkatkan efektivitas proyek pembangunan agar hasilnya lebih berkelanjutan di masa depan,” ungkap Tsulis, Senin (2/6/2025).
Ia menambahkan bahwa peserta seminar tahun ini berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Ada pengirim makalah dari Lombok, Kalimantan, Sumatra, hingga Makassar. Seminar ini dilakukan secara blended, bisa diikuti secara daring maupun luring, sehingga membuka peluang partisipasi dari seluruh Indonesia.
Melalui seminar ini, panitia berharap muncul gagasan inovatif, riset yang aplikatif, serta terbentuknya sinergi antara akademisi dan praktisi. Mahasiswa Teknik Sipil UMS juga didorong untuk lebih aktif mempelajari dan mengimplementasikan konsep lean construction dalam proyek-proyek nyata.
Wakil Rektor II UMS, Prof. Dr. Muhammad Da’i, M.Si., Apt., turut memberikan pandangan terkait pentingnya penerapan lean construction di Indonesia. Ia menilai bahwa paradigma ini mampu meningkatkan efisiensi, mengurangi pemborosan, dan memperkuat nilai tambah dalam sektor konstruksi nasional.
Da’i juga menyoroti kemajuan infrastruktur di Cina sebagai contoh keberhasilan pembangunan yang ditopang oleh teknologi dan efektivitas kerja.
“Indonesia perlu belajar dari pengalaman tersebut, terutama dalam pengelolaan proyek yang amanah dan efisien,” ungkapnya.
Di akhir sambutannya, Da’i menekankan pentingnya integritas dan kompetensi dalam dunia konstruksi. Ia mendorong mahasiswa Teknik Sipil UMS untuk tumbuh menjadi insan inovatif dan bertanggung jawab.
“Kalau amanah tidak diberikan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya,” tegasnya, mengutip sabda Nabi Muhammad SAW.
Pada kegiatan yang dilaksanakan pada 27 Mei 2025 lalu, Wahyu Setiawan, S.T. dari PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., menyampaikan materi tentang penerapan lean construction dalam proyek pembangunan Istana Negara dan Kantor Presiden di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Dalam paparannya, Wahyu menjelaskan bahwa proyek di IKN menjadi salah satu contoh penerapan langsung lean construction. Proyek tersebut melibatkan perencanaan matang atas berbagai komponen penting konstruksi seperti tenaga kerja, dana, material, metode pelaksanaan, peralatan, hingga jadwal pelaksanaan.
“Semua ini harus dikelola secara terpadu agar tidak terjadi kegagalan konstruksi,” ujarnya.
Ia menggambarkan bahwa pendekatan lean construction menitikberatkan pada lima prinsip utama, yakni value, value stream, flow, pull, dan perfection. Prinsip-prinsip ini harus dijalankan secara berkelanjutan melalui peningkatan terus-menerus (continuous improvement). Salah satu tools yang digunakan untuk mendukung implementasi lean adalah Last Planner System (LPS), yang terbukti mampu mengefisiensikan waktu pelaksanaan proyek.
Penerapan lean construction bukan tanpa tantangan. Resistensi terhadap perubahan, minimnya kompetensi SDM, serta miskomunikasi antar-stakeholder menjadi hambatan utama. Ia menegaskan perlunya komitmen bersama dari seluruh pihak dalam proyek agar lean construction dapat dijalankan secara konsisten dan optimal.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Adi Prasetya, S.T., Kepala Balai Pengelolaan Jalan Wilayah Surakarta Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah yang mewakili Dr. Ir. AR Hanung Triyono, M.Si. selaku Kepala Dinas PU, Bina Marga, dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah.
Dalam pemaparannya, Adi menyampaikan bahwa Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah terus mendorong penerapan prinsip lean construction dalam pembangunan infrastruktur daerah, sebagai upaya menekan pemborosan dan meningkatkan efisiensi. Wilayah kerja BBPJN Surakarta sendiri meliputi enam kabupaten/kota dengan cakupan 415 km jalan dan lebih dari 3.000 jembatan dan gorong-gorong, banyak di antaranya telah berusia tua dan membutuhkan penanganan inovatif.
“Kami sudah mulai terapkan lean construction, tetapi sebagai birokrat, kreativitas kami sering terbentur aturan. Sering kali, inovasi justru menjadi temuan audit,” ujar salah satu pejabat BBPJN dalam seminar konstruksi.
Penerapan lean construction di proyek-proyek daerah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari regulasi yang kaku, keterbatasan sumber daya, hingga komunikasi yang tidak lancar dengan kontraktor. Banyak juga kontraktor lokal yang menawar terlalu rendah hingga 69 persen demi bertahan, sehingga yang dikorbankan justru prinsip lean-nya. Mereka harus menangani 12 proyek di tiga kabupaten berbeda hanya dengan satu orang. Hal ini menyebabkan keterlambatan dan meningkatnya pemborosan dalam proyek infrastruktur.
Meski demikian, BBPJN tetap berkomitmen menerapkan pendekatan konstruksi ramping seperti yang dilakukan sektor manufaktur. Dengan dukungan teknologi, pelatihan, dan dorongan dari pemerintah daerah, mereka berharap efisiensi pembangunan bisa terus ditingkatkan demi mendukung visi Gubernur Jawa Tengah dalam mewujudkan provinsi yang maju, berdaya saing, dan berkelanjutan.
“Lean construction harus jadi jalan menuju lean government,” tegasnya.
Editor : AW Wibowo
Artikel Terkait