SOLO, iNewsSleman.id - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengajak 87 perguruan tinggi di Jateng mengikuti program Kolaborasi Sosial Pembangunan Bangsa dan Masyarakat (Kosabangsa) dan Mahasiswa Berdampak. Ihwal tersebut mengemuka dalam Bimbingan Teknis Peningkatan Kualitas Penulisan Proposal Kosabangsa dan Sosialisasi Program Mahasiswa Berdampak di Auditorium Moh. Djazman, UMS, Rabu (11/5/2025).
Sosialisasi yang menggandeng Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiktisaintek itu diikuti sejumlah mahasiswa perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari 87 perguruan tinggi se-Jawa Tengah. Sosialisasi ini juga menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S., Prof. Dr. drh. Raden Wisnu Nurcahyo, Prof. Dr. Ir. Suminah, M.Si., dan Prof. Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si.
Dalam sambutannya, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VI Jawa Tengah Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum. menyebut Kampus Berdampak menuntut hasil riset, pengabdian, pendidikan, hingga publikasi yang berdampak bagi masyarakat. Ia menekankan pentingnya menggandeng mahasiswa dalam mewujudkan program Kampus Berdampak.
“Kami ingin menggandeng semua mahasiswa sebagai elemen dan komponen penting dalam rangka mengantarkan karya-karya terbaik dosen dan mahasiswa agar berdampak,” ujar Harun yang juga Rektor UMS itu.
Direktur DPPM Kemendiktisaintek Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D. menjelaskan terdapat dua program untuk mewujudkan Kampus Berdampak, yakni Kolaborasi Sosial Pembangunan Bangsa dan Masyarakat (Kosabangsa) dan Mahasiswa Berdampak.
Kosabangsa 2025 akan menargetkan daerah tertinggal, wilayah rawan bencana, dan kawasan kemiskinan ekstrem. Fokus intervensi mencakup pengembangan ekonomi lokal, sistem pertanian berkelanjutan, kesehatan masyarakat berbasis komunitas, pendidikan adaptif, hingga pemanfaatan teknologi tepat guna.
Kosabangsa adalah medium rekayasa sosial berbasis iptek untuk memperkuat ketahanan masyarakat akar rumput dan mendorong transformasi sosial dari bawah. Mahasiswa, dosen, dan masyarakat merupakan bagian dari ekosistem perubahan yang saling belajar, tumbuh, dan mandiri bersama.
“Kosabangsa diharapkan menjadi katalisator perbaikan kualitas proposal, penguatan jejaring antarperguruan tinggi, serta peningkatan kontribusi nyata kampus terhadap pembangunan daerah melalui riset dan pengabdian yang lebih berdampak,” imbuh I Ketut Adnyana.
Sementara program Mahasiswa Berdampak adalah program yang bertujuan untuk menciptakan ekosistem pengabdian mahasiswa. Program Mahasiswa Berdampak mengedepankan semangat collective intelligence atau kolaborasi multidisiplin. Tujuannya untuk mendorong transformasi sosial berbasis empati, dedikasi, dan semangat kolektif.
“Kita menyiapkan mahasiswa sebagai subyek perubahan, pemikir, pemimpin, dan penggerak yang berakar pada konteks sosial bangsa kita,” ujar Adnyana.
Sosialisasi kali ini, menurut Adnyana, menjadi titik awal yang penting untuk mewujudkan perguruan tinggi yang berdampak. Tak hanya membahas format struktur penulisan proposal, tetapi membicarakan cara agar kampus bisa menyatu dengan masyarakat dan mahasiswa dapat menyuarakan pengetahuannya.
“Perguruan tinggi tidak hanya sekadar menghasilkan teknologi, tetapi juga memastikan teknologi hadir di tempat yang paling membutuhkan. Ini merupakan ajakan untuk meletakkan riset, pengabdian, dan mahasiswa langsung di tengah masyarakat,” tegas dia.
Salah satu peserta yang hadir dalam sosialisasi, Josua Nico Manurung, menilai program Kampus Berdampak sangat baik untuk mewujudkan peran BEM yang aktif terlibat dalam pemberdayaan masyarakat.
“Semoga dengan adanya program Kampus Berdampak, mahasiswa dapat berdampak kepada masyarakat. Harapannya program ini tidak berhenti saat ini, tetapi juga kontinyu berkelanjutan,” tandas Josua yang juga Ketua BEM Universitas Sanata Dharma itu.
Editor : AW Wibowo
Artikel Terkait