Akademisi Yogyakarta Gelar Talkshow Media Sosial dan Generasi Milenial Menuju Pemilu 2024

Bayu Arsita Mandreana
Talkshow Kebangsaan yang Digelar Akademisi Yogyakarta di Kampus UIN Yogyakarta, Rabu (1/3/2023).

YOGYAKARTA, iNewsSleman.id - Media sosial merupakan salah satu karya dari kemajuan teknologi digital. Keberadaannya membuat masyarakat bisa mengakses informasi apa saja dengan cara yang lebih mudah.

Media sosial juga bisa mempengaruhi sudut pandang masyarakat secara luas. Selain itu juga bisa merubah nilai seorang manusia yang awalnya berdasarkan kemampuan pribadinya, menjadi berdasarkan intensitas dan sering tidaknya tampil di media sosial.

Pernyataan itu disampaikan oleh Dosen FUPI atau Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Abdul Aziz Faiz, MA saat Talkshow Kebangsaan 'Media Sosial dan Budaya Politik' (Generasi Milenial Menuju Pemilu 2024) yang Diadakan oleh Forum Study Komunikasi Digital (FSKD) di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (1/3/2023).

Dengan kondisi pemuda dan pengaruh media sosial yang memiliki polarisasi dan algoritma, ia berharap kalangan milenial tidak mencari suatu subyek atau obyek bahasan tertentu di media sosial, harus membuka diri pada berbagai aspek issu yang lain.

"Media sosial itu memiliki algoritma, saat kita biasanya membaca sebuah isu tertentu, maka isu yang terkait itu akan terus ditampilkan oleh media sosial di akun kita," ujarnya.

Ia juga berharap generasi milenial untuk terus bergerak secara offline. Khususnya kalangan muda yang menjadi akademisi, ia bergarap untuk terus bergerak dengan pertimbangan intelektualitas.

Ia memandang, generasi milenial di kalangan akademisi, bisa secara berkelanjutan membangun narasi dan kehendak politik yang berorientasi pada kemajuan negara dan bangsa.

Penggerak Media Sosial dan Dosen UNU Yogyakarta, Nofica Andriyati, M.Pd menyatakan jika kondisi politik atau menjelang pemilu saat ini berbeda dengan zaman dulu.

Jika dulu, kampanye politik secara riil di lapangan, baik di tempat ibadah atau di kampung-kampung, kemudian konvoi kendaraan bermotor dan berkumpul secara berkelompok di suatu wilayah, saat ini kampanye melalui media sosial ia pandang cukup mudah dilaksanakan dan lebih memiliki pengaruh di masyarakat.

"Kampanye saat ini cenderung tanpa gerak turun ke lapangan dan materi sosialisasi bisa diakses masyarakat kapanpun, dimanapun, bahkan memiliki jejak rekam digital yang tidak akan hilang," ujar dosen yang akrab disaba Ica itu.

Sedangkan Ketua Poros Sahabat Nusantara DIY, Al Bustomi Syaif, S.Ag mengatakan jika kehidupan pemuda saat ini tidak bisa lepas dari media sosial.

Berdasarkan hasil riset yang pernah ia lakukan, setiap pemuda di Indonesia menghabiskan waktu antara 5 jam hingga 10 jam per hari untuk menjelajahi berbagai platform media sosial.

Namun, ia menyayangkan kurangnya pemuda yang ter-edukasi dalam penggunaan media sosial, khususnya dalam hal tanggapan atas suatu pembahasan atau komentar atas sebuah isu.

"Dibandingkan dengan negara lain, Negara Indonesia merupakan negara dengan peringkat ke 29 paling brutal dalam penggunaan bahasa di media sosial," ujarnya.

Editor : Bayu Arsita

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network