SLEMAN.iNewsSleman.id- Memperingati berdirinya pondok pesantren (ponpes) Ora Aji yang ke-11, pihak ponpes menggelar berbagai macam acara, yang semua aktivitasnya menyentuh para jamaah baik dari lingkungan sekitar maupun dari berbagai penjuru tanah air.
Para jamaah ini berduyun-duyun berdatangan ingin mengikuti acara yang diadakan ponpes, terutama mendengarkan kajian dari Gus Miftah. Pendiri Ponpes Ora Aji, yang terkenal dengan dakwah kaum Marjinalnya.
Sekedar pengingat, berikut adalah sekilas tentang Gus Miftah yang bisa dirangkum.
Gus Miftah adalah seorang mubalig dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta. Gus Miftah memiliki nama asli Miftah Maulana Habiburrahman, yang lahir 5 Agustus 1981.
Ia merupakan keturunan ke-9 Kiai Muhammad Ageng Besari, pendiri Peantren Tegalsari, Ponorogo.
Adapun silsilah yang melatarbelakangi keluarganya, yakni dimulai dari ayahnya bernama M.Murodhi bin M.Boniran bin Kyai Usman bin Jalal Iman bin Karyo Nawi bin Madharum bin Kyai Ilyas bin Kyai Ageng Muhammad Besari bin Kyai Anom Besari bin Kyai Abdul Mursyad bin Raden Demang (Pangeran Demang II Ngadiluwih) bin Pangeran Demang (Pangeran Jalu Setonogedong) bin Panembahan Praworo bin Panembahan Wirasmoro bin Sultan Trenggono bin Raden Patah bin Brawijaya V.
Pendidikan Gus Miftah sendiri adalah Pendidikan Agama Islam, pernah berkuliah di UIN Sunan Kalijaga tetapi tidak selesai di tahun akhir. Namun meraih gelar Sarjana Pendidikan program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung, Semarang pada 2023.
Sebagai ustaz, Gus Miftah memilih untuk berdakwah ke kaum marjinal. Selama belasan tahun berdakwah, namanya pun mulai dikenal ketika video dirinya saat memberikan pengajian di salah satu kelab malam di Bali viral.
Gus Miftah mengungkapkan, para pekerja dunia malam kesulitan mendapat akses ilmu keagamaan. Ketika hendak mengaji di luar, mereka justru menjadi bahan pergunjingan. Sebaliknya di tempat kerjanya tidak ada kajian agama yang bisa didapatkan.
Gus Miftah mengaku mendapatkan ide awal ia berdakwah ke kaum marjinal saat dirinya melaksanakan salat di musala sekitar Sarkem (Pasar Kembang), area lokalisasi di Yogyakarta. Di lokalisasi tersebut, ia mulai mengadakan kajian agama mulai rutin yang diikuti para pekerja dunia malam. Selanjutnya, ia juga berdakwah ke kelab malam dan juga salon plus-plus.
Editor : Fitriyani
Artikel Terkait