Oleh karena itu, meskipun secara prosentase kontribusi minyak dan gas akan menurun, namun dari aspek volume kebutuhan minyak dan gas justru meningkat. Menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak di tahun 2050 akan meningkat 139% dan kebutuhan gas meningkat 298% dibandingkan kebutuhan saat ini.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut SKK Migas telah menyiapkan roadmap melalui rencana strategi Indonesia Oil and Gas (IOG) 4.0 dalam mencapai target hulu migas.
“Mencapai level produksi terbaik nasional di 2030 yaitu 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar kaki kubik gas (BSCFD), serta meningkatkan multiplier effect, bahwa setiap pengeluaran kegiatan hulu migas memberikan dampak positif bagi industri penunjang hulu migas, UMKM dan menggerakkan perekonomian di daerah,” ungkap Nanang.
Selanjutnya, sejalan dengan target pemerintah mencapai Nett Zero Emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat, maka investasi sektor hulu migas secara simultan akan berupaya memastikan pertumbuhan dilakukan secara berkelanjutan.
“Saat ini sudah ada implementasi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) oleh British Petroleum, yang akan disusul oleh INPEX, Repsol, Genting Oil dan lainnya. Selain itu juga ada kegiatan lain dengan cara offset, seperti penanaman pohon yang di tahun 2023 ditargetkan bisa mencapai 2 juta pohon,” kata Nanang.
Pun demikian dengan faktor teknologi yang menjadi salah satu tulang punggung bagi peningkatan produksi minyak nasional.
Nanang menyitir data mengenai kemampuan Amerika Serikat yang berubah dari importir minyak menjadi eksportir.
“Hal yang sama berpotensi juga bisa dilakukan Indonesia, karena dari 128 cekungan yang sudah berproduksi adalah 20 cekungan. Pemanfaatan teknologi akan mendorong peningkatan produksi migas nasional di masa mendatang sehingga dapat meningkatkan produksi minyak yang saat ini masih di bawah kebutuhan,” jelas Nanang.
Pemerintah terus memberikan dukungan sehingga meningkatkan iklim investasi di sektor hulu migas.
Hal ini dirasakan dengan investasi hulu migas yang cepat pulih pascapandemi Covid-19, sehingga di tahun 2022 investasi mencapai US$ 12,3 miliar. Untuk tahun 2023 ditargetkan mencapai US$ 15.5 miliar, atau meningkat 26% sementara di level global investasi tumbuh sebesar 6,5%.
“Hal ini menunjukkan bahwa daya saing hulu migas Indonesia terus membaik sehingga di masa yang akan datang akan semakin tinggi lagi investasi hulu migas yang masuk ke tanah air,” Nanang menguraikan.
Menutup sambutannya, Nanang berharap setelah berlangsungnya Forum Leadership Hulu Migas para pemendapat insight agar dapat dijadikan pelajaran, masukan dan bahkanserta yang terdiri dari utusan para stakeholders migas di Indonesia akan inovasi yang dapat dibagikan ke masing-masing perusahaan.
“Dengan diskusi yang komprehensif dan interaktif sehingga menambah inspirasi dalam menjalankan bisnis demi tercapainya tercapainya 1 juta BOPD dan 12 miliar kaki kubik gas per hari di 2030,” pungkas Nanang.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait