“Semoga pelatihan ini tidak hanya memberi manfaat bagi peserta, tetapi juga menjadi dorongan bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas layanan perpustakaan, khususnya dalam mendukung inklusivitas bagi teman-teman disabilitas,” tuturnya.
Sekretaris Proyek Pelatihan Intensif Digital Inklusi, Ika Aliftiani menyebut, pelatihan di Solo merupakan kelanjutan dari batch pertama yang sebelumnya diadakan di Yogyakarta dan Purbalingga.
“Di Solo ini kita sudah selesai pelatihannya, tinggal pendampingan dua bulan ke depan. Sementara untuk lokasi lain, seperti Bandung, pelatihannya baru akan dimulai,” kata Ika Aliftiani.
Ika mengungkapkan, pemilihan UMS sebagai salah satu lokasi bukan tanpa alasan. Selain aksesibilitas kampus yang cukup memadai, adanya hubungan baik antara pihak Difapedia dengan UMS turut menjadi faktor penentu.
Menurutnya, pelaksanaan di UMS dinilai memiliki perkembangan paling signifikan dibandingkan lokasi-lokasi sebelumnya.
“Di sini, persiapan dan kinerja panitia serta pihak UMS sangat baik. Kolaborasinya matang sehingga hasilnya pun maksimal,” ujarnya.
Ika juga menyoroti hubungan yang terjalin antara panitia, pemateri, dan peserta.
“Interaksi mereka sangat baik. Pemateri pun cukup aktif, bahkan mengizinkan peserta untuk bertanya lebih lanjut di grup jika ada kendala setelah pelatihan selesai. Ini jadi nilai tambah bagi kegiatan kami,” ujarnya.
Ika berharap, kesuksesan pelatihan di Solo bisa membuka jalan untuk kolaborasi lebih lanjut dengan berbagai pihak.
“Semoga kerja sama ini bisa berlanjut ke kegiatan-kegiatan lain. Selain itu, komunikasi yang sudah terjalin antara panitia, peserta, dan pemateri juga dapat terus diperkuat,” tutupnya.
Editor : AW Wibowo
Artikel Terkait