“Melalui kegiatan ini, kami ingin menanamkan kesadaran bahwa kesehatan mental adalah bagian dari well-being yang holistik. Pendekatan Islami memberikan solusi yang relevan dan aplikatif, terutama bagi mahasiswa yang berada jauh dari keluarga dan komunitas,” ucap dosen UMS tersebut.
Program ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa dukungan komunitas dan metode Islami sangat penting untuk menjaga kesehatan mental mahasiswa internasional. Peserta memperoleh pengetahuan baru dan teknik coping yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kelas, terapi emosi, dan diskusi.
Kegiatan ini juga akan menjadi titik awal untuk membangun lingkungan yang mendukung kesehatan mental mahasiswa Indonesia di luar negeri. Untuk menjamin kesehatan mereka secara keseluruhan, institusi pendidikan dan komunitas seperti PERMITHA harus terus mendukung mereka.
“Teknik ini sederhana tetapi sangat bermakna. Kami merasa dihargai dan lebih memahami pentingnya memberikan apresiasi kepada diri sendiri,” ungkap salah satu peserta yang terlibat dalam sesi tersebut.
Peserta juga dapat berbagi pengalaman mereka selama studi di Thailand pada acara tersebut. Diskusi mencakup adaptasi budaya akademis, keterbatasan akses makanan halal, hingga interaksi dengan lingkungan sosial.
Sebagian besar peserta mengatakan mereka menghadapi tekanan akademik yang besar, tetapi mereka tetap berusaha untuk menjaga kesehatan mental mereka dengan berolahraga, berbicara dengan teman atau pembimbing, dan bergabung dengan komunitas seperti PERMITHA.
“Sesi ini membantu saya menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara akademik dan kesehatan mental. Pendekatan Islami membuat semuanya lebih relevan dan mudah diterapkan,” ucap salah satu peserta yang mengikuti sesi tersebut.
Program ini menjadi langkah awal dalam menciptakan kesadaran kolektif akan pentingnya kesehatan mental mahasiswa internasional.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait