“Semua ini adalah elemen budaya yang dapat memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa,” kata Abdillah Nugroho.
Koordinator kegiatan di Bayat, Haryono, S.Pd., menyebutkan bahwa selama enam hari, sejak 20 hingga 25 Januari 2025, mereka mendalami bahasa dan budaya Indonesia di Kecamatan Bayat, Klaten, di enam sekolah, yaitu SMP Muhammadiyah 7 Bayat, MTs Muhammadiyah 6 Bayat, MIM Talang Bayat, SD Muhammadiyah Bayat, MIM Paseban Bayat, dan MIM Krakitan Bayat.
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa saat di tempat praktik, yaitu menjelaskan budaya dari negara masing-masing, mendapat pelajaran dari guru dengan materi budaya yang ada di bayat, seperti gamelan, wayang, blangkon, dan lain-lain.
“Setelah itu, mahasiswa diajak untuk mempraktikkan bahasa indonesia ke sentra budaya sesuai dengan yang dipelajari pada pagi harinya,” kata Haryono.
Salah satu peserta, Jobeda Khanom dari Bangladesh, mengungkapkan kesannya selama mengikuti kegiatan itu. Ia mengungkapkan perasaannya yang sangat bahagia karena sangat menarik dan memberikan pengalaman menyeluruh tentang budaya Indonesia, khususnya Jawa.
Dalam program itu, mereka menjadi memperoleh kepercayaan diri untuk berbicara dan berinteraksi dengan masyarakat bayat. Menurut Jobeda, itu pencapaian yang paling sukses dari program ini.
Selain Jobeda, peserta lainnya meliputi Abdul Samee (Pakistan), Akimana Cedrick (Rwanda), Gurbantach Garabayeva (Turkmenistan), Lilian Namukose (Uganda), Mathayo Marko Nassari (Tanzania), Mercy Valle (Malawi), Miss Rusda Umar (Thailand), Pa Modou Khan (Gambia), dan Yasir Ali (Pakistan).
Dengan keberhasilan program ini, UMS menunjukkan komitmennya untuk mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia di kancah global melalui pendekatan yang inovatif dan bermakna.
Editor : AW Wibowo
Artikel Terkait