Ahli Geomorfologi Kebencanaan UMS Sebut Giant Sea Wall Mahal, Ini Solusi Termurah

AW Wibowo
Ahli Geomorfologi Kebencanaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof. Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si. Foto: Ist.

SOLO, iNewsSleman.id - Ahli Geomorfologi Kebencanaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof. Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si angkat bicara mengenai rencana Giant Sea Wall Pantai Utara Jawa (Pantura). Rencana itu telah menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) Presiden Prabowo Subianto yang masuk dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. 

Tanggul laut raksasa rencananya akan dibangun dari Banten-Gresik yang terhubung dengan tanggul pengendali banjir dan rob di Tambaklorok, Semarang yang sudah dibangun.

“Ketika membangun suatu bangunan di sepenggal garis pantai, itu akan berpengaruh pada penggalan lainnya. Bahwa kemudian mengalami penambahan daratan atau kebalikannya, yaitu pengurangan bagian daratan,” kata Kuswaji Dwi Priyono, Selasa (4/3/2025). 

Menurutnya, perlu kajian panjang di dalam merencanakan giant sea wall yang akan membutuhkan dana yang sangat besar. Selain itu, harus juga diperhatikan kajian AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). 


Kuswaji mengungkapkan, Pantura dalam sejarahnya adalah perkembangan dari kerajaan-kerajaan seperti Batavia, Cirebon, Demak, dan Surabaya. Perkembangan Jawa utara juga sangat pesat di dalam infrastruktur, industri, dan pemukiman karena wilayah tersebut sangat layak dan strategis untuk industri. 

Pada akhirnya terjadi intrusi air laut karena semua industri ada di situ dan mereka menggunakan air tanah dalam. Dari pandangan water table, lapisan batuan yang mengandung air tanah apabila diambil terus menerus ini menyerupai spons. 

“Kalau diambil terus menerus itu amblas dan amblas sehingga turun (permukaan tanahnya),” ujarnya. 

Giant Sea Wall, menurut Kuswaji memang menjadi solusi ideal karena kasus di sepanjang Pantura ada penurunan daratan yang disebabkan pengambilan air untuk kebutuhan industri dan permukiman. Ketika terjadi penurunan daratan dan kenaikan muka air laut, maka akan terjadi banjir rob

“Air sungai yang membawa dari daratan tidak bisa masuk ke laut kemudian akan terjadi banjir rob namanya karena satu sisi kenaikan air laut, satu sisi air yang dibawa sungai tidak bisa masuk ke laut,” jelasnya. 

Dari pandangannya, apakah proyek ini akan diteruskan dan benar-benar direncanakan untuk dibangun, atau kemudian yang dibangun hanya skala-skala prioritas seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. 

Editor : AW Wibowo

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network