Lebih lanjut, Bachtiar menekankan kontribusi Muhammadiyah dalam pendidikan tinggi, termasuk UMS yang setiap tahunnya mampu menampung hingga delapan ribu mahasiswa baru. Hal ini, menurutnya, menjadi bukti nyata bahwa Muhammadiyah turut andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa di tengah keterbatasan daya tampung perguruan tinggi negeri.
“Pemerataan saja belum cukup, mutu pendidikan juga harus diperhatikan,” katanya saat menyinggung soal mutu pendidikan yang masih menjadi pekerjaan rumah.
Ia berharap kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus meningkat sehingga mampu mencetak generasi unggul dan berdaya saing global.
Dalam paparannya, Bachtiar juga mengangkat berbagai paradoks yang terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah paradoks antara demokrasi dan kemakmuran, di mana kebebasan yang ada belum sepenuhnya mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat. Ia juga menyoroti paradoks sumber daya yang melimpah tetapi masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan.
“Kondisi kemakmuran yang ideal bukanlah keadaan serba berlebihan, melainkan kecukupan dan tidak kekurangan,” kata Bachtiar saat mengutip pemikiran Ibnu Khaldun yang menyatakan bahwa kemakmuran merupakan bagian dari siklus peradaban manusia, yang meliputi fase kelahiran, pertumbuhan, kemakmuran, kemunduran, dan kehancuran.
Kemakmuran yang diharapkan bagi bangsa ini, lanjut Bachtiar, mencakup aspek jasmani dan rohani, material dan spiritual. Konsep “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” menjadi gambaran ideal bagi Indonesia, yaitu negeri yang aman, damai, dan makmur serta diridai oleh Allah SWT.
Dalam mencapai kemakmuran, narasumber memaparkan strategi yang harus dilakukan, di antaranya membangun karakter dan mentalitas bangsa, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, serta memastikan pemerataan pembangunan di berbagai sektor. Selain itu, perlu ada kebijakan afirmatif bagi masyarakat kecil, desa, dan daerah tertinggal (3T), serta pemerataan infrastruktur dan teknologi informasi.
Dengan berbagai strategi tersebut, Bachtiar optimistis bahwa Indonesia dapat mencapai kemakmuran yang berkeadilan. Ia menegaskan bahwa seluruh elemen bangsa, termasuk organisasi seperti Muhammadiyah, memiliki peran penting dalam mewujudkan cita-cita nasional tersebut.
“Kemakmuran bukan sekadar impian, tetapi harus diperjuangkan bersama,” pungkasnya.
Editor : AW Wibowo
Artikel Terkait