Selain itu, terdapat perubahan morfologi pada kubah barat daya akibat dari guguran lava, namun tidak ada perubahan yang signifikan pada kubah tengah.
Pemantauan deformasi Gunung Merapi dengan menggunakan EDM menunjukkan adanya pemendekan jarak tunjam sebesar 0,1 cm/hari selama minggu ini.
"Selain itu, aktivitas kegempaan juga masih tinggi," tambahnya.
Dalam minggu ini, tercatat 26 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 72 kali gempa Fase Banyak (MP), 2 kali gempa Frekuensi Rendah (LF), 876 kali gempa Guguran (RF), dan 9 kali gempa Tektonik (TT) yang terjadi di Gunung Merapi.
Secara umum, intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
Pada minggu ini, tidak terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dan tidak ada laporan penambahan aliran maupun lahar dari sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Agus menjelaskan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi saat ini masih cukup tinggi dalam bentuk erupsi efusif. Status aktivitas gunung ditetapkan dalam tingkat "SIAGA".
Potensi bahaya saat ini meliputi guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya, termasuk Sungai Boyong dengan jarak maksimal 5 km, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng dengan jarak maksimal 7 km.
Di sektor tenggara, potensi bahaya meliputi Sungai Woro dengan jarak maksimal 3 km dan Sungai Gendol dengan jarak maksimal 5 km. Selain itu, jika terjadi letusan eksplosif, material vulkanik dapat mencapai radius 3 km dari puncak gunung.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait