Di sisi lain, pemerintah juga berupaya memastikan bahwa data kesehatan masyarakat digunakan secara maksimal. Data by name by address yang dikumpulkan melalui Posyandu dan Puskesmas menjadi dasar untuk menentukan daerah prioritas dan intervensi yang sesuai.
Dengan cara ini, pemerintah dapat lebih fokus dalam menangani wilayah-wilayah yang memiliki angka stunting tinggi. Strategi ini juga melibatkan integrasi program makanan tambahan lokal yang telah diinisiasi oleh pemerintah daerah.
“Jika angka stunting yang lama berhasil diturunkan, tetapi muncul angka baru yang belum tertangani, ini akan menambah beban yang lebih besar,” tegasnya.
Oleh karena itu, upaya pencegahan stunting harus dilakukan secara holistik, mulai dari edukasi, pemantauan, hingga pemberian intervensi gizi yang tepat. Dalam implementasinya, program MBG membutuhkan sinergi yang kuat antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.
Pemerintah optimistis bahwa dengan kolaborasi yang lebih kuat antara semua pihak, target penurunan angka stunting dapat tercapai. Komitmen bersama dari tingkat pusat hingga daerah, serta peran aktif Posyandu dan Puskesmas, menjadi kunci keberhasilan program ini.
“Program ini sangat strategis. Banyak masukan dari berbagai lembaga yang menekankan pentingnya mencermati dengan seksama program-program penurunan angka stunting ini,” ucapnya.
Dengan dimulainya program MGB pada awal 2025, Indonesia berharap dapat menciptakan generasi masa depan yang lebih sehat, cerdas, dan bebas dari stunting. Kolaborasi yang solid antara semua pihak tidak hanya akan membantu mengatasi stunting yang ada tetapi juga mencegah munculnya kasus baru, sehingga memberikan dampak positif bagi kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Editor : AW Wibowo
Artikel Terkait