Latar belakang santri ini cukup beragam. Sebagian mereka diantar oleh orang tuanya untuk menjalani rehabilitasi. Selain itu ada yang dikirimkan oleh kepolisian karena terjerat kasus narkoba.
”Mereka ini dipaksa, terpaksa dan terbiasa. Dari 10 santri, paling hanya satu yang memiliki niat ingin sembuh,” katanya.
Begitu menjalani rehabilitasi, para santri akan dibekali dengan agama. Hal ini membuat mereka memiliki kesadaran akan kesalahan di masa lalunya. Tidak sedikit yang malu dan sadar setelah mengikuti kajian dan tausiah.
“Harus perlahan, karena kalau mereka tidak kuat bisa kabur. Ada juga yang kemudian playing victim dan membuat orang tuanya marah dan kami disalahkan hingga diancam akan dipolisikan,” katanya.
Saat ini ponpes ini banyak menjalin kerja sama dengan kalangan kepolisian, BNN hingga dengan kalangan perguruan tinggi. Hal ini menjadikan upaya penanganan dan rehabilitasi santri semakin lengkap.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Sleman, Kombes Pol Teguh Tri Prasetya, mengaku Bidayatussalikin merupakan satu-satunya mitra swastanya yang berbasis ponpes. Saat ini banyak pihak yang semakin peduli dan mmebantu pendampingin kepada para pecandu dan korban narkoba.
"Layanannya juga bisa diakses gratis, tergantung kondisi keluarganya. Di sini ada metode subsidi silang," katanya.
Editor : Wisnu Aji
Artikel Terkait