SLEMAN, iNewssleman.id - Kenaikan harga tanah di wilayah DIY menjadi kendala dalam penyediaan rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pengembangan permukiman ini mulai bergeser ke pinggiran kota.
Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (DPD APERSI) Jawa Tengah-DIY Slamet Santoso mengatakan, mereka mendukung program pemerintah dalam mewujudkan 3 juta rumah murah bagi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hanya saja mereka menghadapi kendala kenaikan harga tanah yang sangat pesat.
“Untuk wilayah DIY, tantangan utamanya ialah percepatan kenaikan harga dasar tanah yang sangat pesat. Sehingga pengembang harus responsif, adaptif, kreatif, dan inovatif melihat fenomena ini,” kata Slamet pada peresmian Kantor Sekretariat DPD APERSI DIY, Kamis (24/4/2025).
Secara simbolis, peresmian kantor sekretariat yang berada di Jalan Monumen Jogja Kembali No 137 Sleman ini, dilakukan Ketua DPP APERSI Junaidi Abdillah disaksikan anggota dan pengurus DPD APERSI Jateng-DIY.
“Saat ini wilayah peruntukan pembangunan rumah murah sudah bergeser ke pinggiran zona perkotaan,” katanya.
Di wilayah DIY, pengembang terbanyak membangun di Kabupaten Gunung Kidul, disusul Bantul, Kulonprogo dan sebagian kecil di Sleman. Sedangkan untuk wilayah Jateng, masih bisa diwujudkan di wilayah Kabupaten Magelang, Semarang, Kendal dan Batang.
Slamet yakin dengan 300 anggotanya bisa mewujudkan target penyediaan rumah murah. Masih banyak wilayah yang potensial dikembangkan untuk pemenuhan rumah murah subsidi atau rumah sederhana komersial.
Editor : Wisnu Aji
Artikel Terkait