KULONPROGO, iNewssleman,id - UNESCO telah mengakui jamu sebagai warisan budaya tak benda (WPTB) pada 6 Desember 2023. Namun keberadaan jamu belum begitu dilirik dalam pengobatan dan kesehatan.
Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu DIY Teguh Adi Nugroho mengatakan, butuh proses lama untuk mendapatkan pengakuan jamu sebagai warisan budaya dari UNESCO. Mereka harus menggandeng akademisi, praktisi untuk mmebuat konsep.
"Butuh waktu yang lama untuk mendapat pengakuan. Kami di daerah kemudian di pusat itu juga dari akademisi, praktisi berusaha untuk membuat konsep agar jamu jadi warisan budaya tak benda ke UNESCO. Alhamdulillah kemarin 6 Desember 2023 dapat sertifikat pengakuan," kata Teguh pada Peringatan Hari Jamu Nasional di Taman Jamu Naturindo, Kulonprogo, Senin (27/5/2024). Salah satu rangkaian kegiatan menggelar musyawarah daerah Musda GP Jamu DIY.
Menurutnya, pengakuan UNESCO bisa menjadikan jamu lebih dikenal di masyarakat. Salah satnya sebagai alternatif pengobatan medis yang diterapkan di rumah sakit. Namun harapan ini masih sangat kecil karena baru di RSUP Sardjito yang mengembangkan layanan ini.
"Ini sedang diperjuangkan oleh teman-teman pelaku usaha jamu," ujarnya.
Para pengusaha jamu juga terus berinovasi, menghadirkan produk jamu yang selaras dengan ilmu pengetahuan. Produk yang dihasilkan juga melalui serangkaian riset menggandeng akademisi dan ahli.
“Image masyarakat jamu itu empiris, makanya harus bagaimana mengejar sisi ilmiahnya. Sehingga butuh kerjasama dengan akademisi untuk risetnya," kata dia.
Editor : Wisnu Aji
Artikel Terkait